Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Paripurna Penetapan KUA-PPAS di Gedung DPRD Kabupaten Purwakarta pada, Jumat (11/11/2016) siang. Dalam pidatonya, pria yang akrab disapa Kang Dedi itu mengajak para anggota dan pimpinan dewan untuk turut memakai sarung dan peci atau kopiah setiap Hari Jumat. Pasalnya pakaian tersebut merupakan warisan budaya yang tersebar dengan banyak motif di Indonesia seperti batik.
Saat ini, kata Dedi, ada tiga pakaian resmi yang digunakan para pegawai di lingkungan Pemkab Purwakarta, yakni pangsi dan ikat, batik, juga sarung dan peci atau kopiah. Sementara seragam khas cokelat-cokelat khas PNS sejak lama sudah ditanggalkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bupati Dedi di DPRD Purwakarta. Foto: Tri Ispranoto/detikcom |
Dedi mengatakan, awalnya orang Amerika melarang penggunaan celana jeans dan topi pada acara-acara penting seperti pesta resmi dan kenegaraan. Namun seiring waktu hal tersebut 'dihalalkan' karena menjadi komoditi jualan mereka.
Dia mencontohkan, Presiden Amerika terpilih, Donald Trump justru menggunakan topi dan celana jeans dalam beberapa kesempatan. Saat menggelar pidato kemenangan pun, Trump menggunakan dua atribut tersebut.
"Itu adalah strategi marketing mereka (Amerika)," tutur Dedi.
Oleh karenanya Dedi pun mengajak agar anggota dan ketua DPRD tidak terpaku pada protokoler yang mengadopsi pola luar negeri, salah satunya penggunaan jas. Politisi Golkar ini mengatakan lebih baik para tokoh turut menguatkan jati diri bangsa dengan mengenakan pakaian khas daerah agar kelak menjadi trendsetter.
"Kita jangan menjadi follower tapi harus menjadi trendsetter. Lebih baik kecil menjadi jati diri sendiri, daripada besar tapi mengikuti orang lain," tutup Dedi. (elz/ear)












































Bupati Dedi di DPRD Purwakarta. Foto: Tri Ispranoto/detikcom