Kisah Kelam Nama Jalan Korban 40.000 Jiwa di Makassar

Kisah Kelam Nama Jalan Korban 40.000 Jiwa di Makassar

Aditya Fajar Indrawan - detikNews
Kamis, 10 Nov 2016 12:29 WIB
Foto: Aditya Fajar Indrawan/detikcom
Makassar - Di salah satu sudut Kota Makassar terdapat wilayah yang diberi nama 'Jalan Korban 40.000 Jiwa'. Bagi warga Makassar, mungkin sudah tak asing lagi. Namun bagi warga luar, masih banyak yang belum mengetahui sejarah di balik pemberian nama jalan tersebut.

Terletak di sebelah utara kota Makassar dan tak jauh dari ruas Tol Reformasi itu, terdapat sebuah kawasan yang bernama 'Jalan Korban 40.000 Jiwa'. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, tempat ini merupakan lokasi penguburan massal bagi warga Makassar yang menjadi korban pembantaian penjajah Belanda yang dipimpin Kapten Raymond Westerling pada tahun 1946-1947.

detikcom menelusuri 'Jalan Korban 40.000 Jiwa' pekan lalu. Terdapat sebuah taman di sudut jalan. Rapi dan tertata rapi. Di dalam taman terdapat sebuah pendopo bertuliskan 'Monumen Korban 40.000 Jiwa Sulawesi Selatan'. Ada relief pada dinding monumen. Juga sebuah patung dengan kaki yang buntung dan hanya memiliki satu lengannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Kelam Nama Jalan Korban 40.000 Jiwa di MakassarFoto: Aditya Fajar Indrawan/detikcom

"Jadi monumen dan nama jalan itu sebenarnya tidak mencapai jumlah angka itu (40.000 jiwa). Namun angka itu memiliki dampak yang luar biasa sekali dan kata 40.000 itu merupakan angka yang diucapkan oleh Kahar Muzakar untuk menggugah dunia internasional sebagai upaya untuk menggugat Belanda karena ada pelanggaran HAM yang telah dilakukan saat itu," ujar sejarawan Universitas Hasanuddin (Unhas), Edward L Poelinggomang, saat berbincang dengan detikcom.

Edward L PoelinggomangFoto: Aditya Fajar Indrawan/detikcom
Edward L Poelinggomang

Menurut Edward, meski tidak mencapai angka rill 40.000 korban jiwa, metode yang dilakukan oleh pasukan Westerling saat itu memang memberikan efek kengerian bagi masyarakat. Westerling menggiring semua penduduk untuk berkumpul di lapangan. Setelah itu dia mengambil dua atau tiga tahanan dari penjara dan menembak di depan semua penduduk yang berkumpul, sehingga membuat ketakutan massa.

"Itu dilakukan untuk mencari siapa-siapa saja yang ekstrimis Belanda atau pejuang yang menentang Belanda. Jika tidak ada yang mengaku, dia tunjuk anak-anak untuk menunjuk siapa saja yang lewat kemudian ditembak di tempat," tuturnya menceritakan gambaran mural yang ada di Monumen Korban 40.000 Jiwa.

Menurut Edward, aksi tersebut sangat kejam. Beberapa koran Belanda saat itu menulis ada 60.000 korban perkiraannya. Ada satu peristiwa yang sangat ngeri di Barung Lombo, Polewali Mandar. Westerling marah karena 2 anggotanya tewas ditembak penjuang.

"Semua penduduk diminta berkumpul di lapangan dan diberondong habis dan meninggal tanpa ada yang selamat," jelas Erward.

Edward menambahkan, memang tidak banyak rekaman atau jejak sejarah terkait aksi pejajahan saat itu. Namun kisah atau cerita itu secara turun menurun diceritakan dalam adat budaya Makassar.

"Kalau data foto atau dokumen lainnya memang tidak ada, paling hanya surat perintah SOP pejabat Westerling, tapi itu ada di arsip Belanda. Kalau cerita kejadian memang secara langsung tercatat dalam regalia-regalia adat secara turun menurun," tambahnya

Kisah Kelam Nama Jalan Korban 40.000 Jiwa di MakassarFoto: Aditya Fajar Indrawan/detikcom

Edward sendiri sempat tinggal di dekat Monumen Korban 40.000 Jiwa. Dia bahkan masih mengingat perayaan peringatan 11 Desember, peristiwa Korban 40.000 Jiwa.

"Dulu saya ingat, karena saya sempat tinggal di sana, setiap tanggal 11 Desember di sepanjang jalan sekitar monumen itu ditaruh helm-helm besi milik tentara yang sudah penyok-penyok dan bolong-bolong tertembak peluru ditaruh saja di pinggir jalan. Rasanya meski tidak menyaksikan peristiwa itu tapi suasana ngeri sangat terasa begitu melihat helm-helm tentara itu," kenangnya.

Kisah Kelam Nama Jalan Korban 40.000 Jiwa di MakassarFoto: Aditya Fajar Indrawan/detikcom
Halaman 2 dari 2
(adf/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads