KH As'ad yang lahir di Makkah pada 1897 masih keturunan Wali Songo dan termasuk tokoh pelopor berdirinya Nahdlatul Ulama. KH As'ad masih keturunan Sunan Ampel dari ayahandanya Raden Ibrahim (KH Syamsul Arifin) dan masih keturunan Sunan Kudus dari ibundanya, Siti Maimunah, demikian menurut Wikipedia.
KH As'ad dilahirkan dekat Masjidil Haram kala kedua orangtuanya menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu keislaman. Masa kecilnya kemudian dihabiskan di Pamekasan, Madura dan tinggal di Pondok Pesantren Kembang Kuning, Pamekasan. Setelah itu KH As'ad diajak ayahandanya pindah ke Asembagus-Situbondo, Jawa Timur dan saat remaja kembali lagi ke Pondok Pesantren Banyuanyar, Pamekasan untuk belajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya sebagai ulama yang menyebarkan ilmu agama dan memimpin pesantren, KH As'ad juga turun gunung bergerilya berjuang mengusir penjajah Jepang dari Jember. Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Sukowono yang menjadi markas utamanya, KH As'ad menyusun strategi dan melancarkan serangan untuk melumpuhkan penjajah, demikian seperti dikutip dari situs NU.
Dia memimpin para pejuang lain menyerang serdadu Jepang di Garahan, Kecamatan Silo, dengan bergerilya dari Sumberwringin menyusuri jalan puluhan kilometer, naik turun lembah, menembus hutan belantara dan menyeberang sungai. Gerakannya tercium musuh dan dicegat serdadu Jepang di Sungai Kramat.
Pasukan yang dipimpin KH As'ad berkonfrontasi dan bisa mengatasi, sehingga para serdadu Jepang lari tunggang langgang ke tengah hutan. Gerakan pasukan KH As'ad membuat serdadu Jepang ciut nyali dan akhirnya berhasil diusir tanpa peperangan di Garahan.
KH As'ad adalah penyampai pesan KH Kholil Bangkalan untuk KH Hasyim Asy'ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama. Sampai akhir hayatnya pada 4 Agustus 1990, KH As'ad menjabat sebagai Dewan Penasihat PB NU. (nwk/erd)