"Urgensinya itu kan orang selama ini menganggap apa aja yang dibikin tuh hura-hura segala macam, keluar negeri negatif. Gimana? UUnya transnasional, foreign international terrorism, semuanya transnasional. Terus kita mau belajar sesuatu yang belum ada ke luar negeri dianggap negatif," kata Syafii saat dihubungi, Rabu (9/11/2016).
Ia menambahkan, Indonesia harus belajar soal penanganan teroris di Inggris yang komprehensif. Ada badan-badan khusus yang mengawasi lembaga yang berfungsi memberantas atau mencegah tindak terorisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Inggris badan pengawas itu ada rigid, bukan cuma pengawas. Ada lagi satu lembaga yang tugasnya menampung komplain-komplain kesalahan penanganan terorisme," sambung dia.
Di Inggris, kata dia, penanganan teroris jauh lebih humanis. Aturan hukum dijelaskan secara jernih, Indonesia perlu belajar dari sana.
"Makanya di sana enggak ada penembakan teroris tanpa ada pertanggungjawaban. Semua diproses hukum jadi terukur gitu lho. Setiap ada yang ketangkap, terukur, kita kan enggak. Belum tau kesalahannya, bahkan namanya belum tahu aja udah ditembak," paparnya.
"Siyono enggak jelas kesalahannya apa, masyarakat pun enggak ada yang terganggu, dijemput magrib, malamnya udah mati. Keluarga dikasih 100 juta. uang itu dari mana. Enggak ada nomenklatur yang bisa dipakai Densus untuk bisa ngasih 100 juta," imbuhnya. (wsn/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini