Hal tersebut diungkapkan oleh Dirut Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II, Joko Saputro, saat ditemui usai menggelar pertemuan di Rumah Dinas Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, Senin (7/11/2016).
Penyebabnya, kata Joko, adalah sendimentasi waduk yang airnya bersumber dari Sungai Citarum sudah cukup tinggi. Ditambah rusaknya lingkungan sekitar memperparah kondisi umur waduk tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan Saguling, Waduk Jatiluhur sebagai waduk utama justru diuntungkan sehingga dari perkiraan usia sekira 100 tahun kini diperkirakan meningkat hingga 200 tahun.
Hal tersebut lantaran sendimentasi dan kotoran yang berasal dari Sungai Citarum 'terfilter' di Waduk Saguling dan Waduk Cirata yang berada berdekatan dengan Waduk Jatiluhur.
"Sehingga Jatiluhur bisa dibilang terselamatkan, namun dua lainnya yakni Saguling dan Cirata umurnya malah berkurang," katanya.
Saat ini ketiga waduk tersebut menjadi penyuplai listrik terbesar bagi Jawa dan Bali. Selain menyuplai listrik, ketiga waduk terebut pun mengairi beberapa irigasi dari Tarum Barat, Tarum Timur, hingga Tarum Utara. Bahkan 80 persen air baku di Jakarta bersumber dari Waduk Jatiluhur.
PJT II dan Pemkab Purwakarta kini tengah berupaya memulihkan kondisi Waduk Jatiluhur dengan tidak lagi mengizinkan keramba ikan beroprasi. Bahkan keduanya menargetkan 23.000 keramba yang ada saat ini akan dibersihkan hingga lima tahun ke depan. (rvk/rvk)