Sebanyak 39 dubes asing berkunjung ke SDN 67 Bandar Baru, Kuta Alam, Banda Aceh, Sabtu (5/11/2016) siang. Kunjungan tersebut dalam rangka Diplomatic Tour yang digelar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Para dubes disebar ke beberapa kelas dan menyaksikan kegiatan belajar mengajar di sekolah favorit dan ramah anak di Banda Aceh ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Hany Koesumawardani/detikcom |
"Saya Duta Besar Korea Selatan, saya bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Satu Nusa Satu Bangsa lho," tutur Dubes Cho dengan Bahasa Indonesia.
Dia lantas memandu anak-anak bernyanyi lagu Satu Nusa Satu Bangsa bersama. Anak-anak pun bernyanyi serempak dengan antusias.
Atau tengok juga istri Duta Besar Argentina, Maria Elena Urriste de Bocalandro yang tertarik pada bocah-bocah yang berkostum tradisional Aceh yang menyambut rombongan dengan tarian tradisional Aceh saat tiba.
Foto: Hany Koesumawardani/detikcom |
Selain para dubes, Menteri Yohana Yambise juga mengajak anak-anak SD itu mengobrol.
"Hayooo..siapa yang mau jadi menteri?" tanyanya pada para siswa kelas 2 itu. Mereka pun terlihat malu-malu menjawab.
Menteri Yohana lantas bertanya pada seorang siswi bernama Nisa.
"Apakah pernah dipukul guru di sekolah ini?" tanyanya.
"Enggak pernah," jawab Nisa.
Di depan para dubes asing itu, Menteri Yohana menunjukkan bahwa SD ini adalah sekolah ramah anak, mulai dari kekerasan hingga bebas rokok.
"Tidak ada guru yang merokok di dalam sekolah ini. Bila guru ingin merokok, mereka keluar dulu dari sekolah ini, merokoknya di luar sekolah. Kantinnya juga bersih," jelasnya pada para dubes asing itu.
"Jangan ada kekerasan di sini, ilmu sangat penting, saya harapkan supaya anak-anak ini dibimbing terus," imbuh dia.
Foto: Hany Koesumawardani/detikcom |
"Di sini kami tidak menerapkan hukuman fisik. Tidak ada hukuman berdiri di luar kelas atau dijemur di lapangan. Bila ada murid terlambat, kami hukum pungut sampah saja. Bila tak ada yang mengerjakan PR, kami nasihati agar tidak mengulangi," papar Mulyana.
Sekolahnya, lanjut dia, tak mengizinkan para siswanya membawa handphone. Siswa-siswa juga masih senang bermain bersama temannya di luar ruangan kala istirahat. Piket harian membersihkan kelas usai sekolah juga ada.
Di sekolah itu, saat istirahat, anak-anak memang terlihat bermain bersama teman seperti bermain bulutangkis, jajan di kantin sekolah hingga membaca di taman bacaan yang tersedia di masing-masing kelas atau selasar sekolah.
Pendidikan lingkungan tentang pemilahan sampah pun sudah berjalan. Ada dua kandang besi khusus untuk membuang sampah botol plastik.
Menteri Yohana mengatakan program Diplomatic Tour ini merupakan yang pertama kalinya digelar Kementerian PPPA. Tujuannya, untuk berbagi dan belajar penanganan perlindungan anak dan pemberdayaan perempuan dari berbagai negara. Aceh dipilih karena sukses dalam hal perlindungan anak dan pemberdayaan perempuan pasca tsunami.
Foto: Hany Koesumawardani/detikcom |












































Foto: Hany Koesumawardani/detikcom
Foto: Hany Koesumawardani/detikcom
Foto: Hany Koesumawardani/detikcom
Foto: Hany Koesumawardani/detikcom