"Yang ingin kami tekankan bahwa sejak dilakukan penyanderaan pada 26 Maret 2012, berbagai upaya telah dilakukan. Pada saat itu Somalia masih berada di bawah akreditasi KBRI Kairo (Mesir-red), sehingga upaya komunikasi dibangun oleh KBRI Kairo, namun sampai 2014 belum menunjukkan hasil," tutur Dirjen Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu M Iqbal.
Hal itu disampaikan Lalu M Iqbal dalam sambutannya saat penyerahan 4 WNI sandera perompak Somalia kepada keluarganya di Kemenlu, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (31/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada 29 ABK yang disandera oleh perompak Somalia tersebut. Para ABK dari berbagai tersebut disekap saat kapal berbendera Oman FV Naham 3 dibajak di dekat Seychelles pada bulan Maret 2012. Ketika itu serangan bajak laut umum terjadi di daerah itu.
Masing-masing negara, imbuh Lalu Iqbal, melakukan upaya secara terpisah-pisah. Setelah itu Menlu Retno LP Marsudi melaporkan kondisi terakhir dan dilakukan evaluasi upaya yang telah dilakukan, maka Presiden Jokowi memberikan instruksi untuk melakukan intensifikasi pembebasan dan melakukan koordinasi dengan negara-negara yang warga negaranya disandera, juga dengan organisasi internasional nirlaba.
"Sejak itulah upaya diintensifkan, lalu dari Kemenlu saat itu langsung menggandeng BIN (Badan Intelijen Negara), dan membangun komunikasi dengan Holman Fenwick Willan yaitu sebuah kantor pengacara khusus shipping dan dalam catatan kami pernah terlibat upaya pembebasan kapal Albedo tahun 2014," jelas Lalu Iqbal.
Dan atas dasar itu, Kemenlu mencoba melakukan pendalaman hingga disetujui langkah operasionalnya. Kemudian Menlu Retno memberikan arahan untuk berkomunikasi dengan pemerintah negara lain.
"Dan pada waktu itu, dan kita langsung bisa koordinasi dengan Filipina dan RRT (China). Jadi proses terpadu ini mulai bulan Mei 2015, total 18 bulan, sampai mereka dibebaskan," papar dia.
Proses diplomasi ini diakuinya memakan waktu lama karena di Somalia tidak ada pemerintahan yang efektif bisa untuk bisa diajak kerjasama sebagai mitra lokal di sana. Selain itu, lanjutnya, sejak 2014 kan tidak ada lagi penyanderaan di Somalia sehingga saat ini cuma ada 2 paket sandera di Somalia.
![]() Para sandera perompak Somalia bertemu keluarganya di Kemenlu (Foto: Haris Fadhil/detikcom) |
"Dan mereka ini termasuk yang terakhir. Jadi setelah mereka ini hanya ada 1 paket, kapal Iran yang disandera di Somalia. Sementara jumlah kelompok (perompak) sangat banyak dan setelah dibebaskan pun masih ada kelompok lain yang berusaha mengambil mereka. Kita tidak hanya berhadapan dengan pembebasan WNI saja karena ada warga negara lain juga di situ," paparnya.
Sebelumnya Menlu Retno LP Marsudi menjelaskan instruksi Presiden Jokowi untuk membebaskan 4 WNI yang disandera perompak Somalia itu diterimanya pada Januari 2015 lalu.
Menlu mengatakan sandera itu sudah 4,5 tahun di bawah perompak Somalia. 1,5 Tahun mereka di kapal FV Naham dan 3 tahun dibawa ke daratan. Pada 23 Oktober 2016 lalu mereka akhirnya sukses dibebaskan dan dibawa ke Bandara Nairobi, Kenya.
"Dan langsung dijemput oleh Duta Besar Republik Indonesia di Nairobi dan tim dari Kementerian Luar Negeri yang dipimpin oleh Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia. Setelah tiba saya langsung melakukan pembicaraan telepon dengan Pak Sudirman, saya hanya ingin meyakinkan bahwa para sandera dalam kondisi baik dan saya langsung meminta kepada Dubes kita di Nairobi untuk langsung membawa saudara kita ke Wisma Indonesia," papar dia.
Wisma Indonesia di Nairobi dipilih agar keempat WNI merasa langsung masuk ke rumah Indonesia. Kemudian pada tanggal 24 Oktober 2016 mereka menjalani pemeriksaan kesehatan dan proses pemulihan. Dan tanggal 28 Oktober 2016 lalu mereka tiba di Indonesia.
"Sebagaimana yang telah saya sampaikan terdapat 1 sandera warga negara Indonesia yang meninggal karena sakit pada tahun 2014 yaitu almarhum Nasirin dari Cirebon. Jadi sebenarnya jumlah sandera kita ada 5 tapi ada 1 yang meninggal karena sakit," jelas dia.
Kemenlu memfasilitasi kunjungan pada keluarga almarhum Nasirin di Cirebon pada 30 Oktober 2016 kemarin. Kunjungan ini dilakukan untuk menunjukkan simpati dan menyampaikan duka cita secara langsung dan menyampaikan kabar bahwa proses perawatan dan pemakaman jenazah telah dilakukan sesuai syariat.
"Informasi ini saya kira sangat penting untuk memberikan kenyamanan serta ketenangan bagi kelurga yang ditinggalkan," jelas Menlu Retno.
Pagi ini, 4 WNI kembali menjalani pemeriksaan kesehatan, karena mereka sudah lama berada di tangan para penyandera cukup lama. Pihak Kemenlu ingin memastikan mereka dalam keadaan yang cukup baik.
"Sekali lagi kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada banyak pihak yang telah membantu, terutama kepada Badan Intelijen Negara. Tanpa kerjasama yang erat, tidak mungkin upaya pembebasan sandera di situasi yang sangat kompleks dan sulit di Somalia dapat dilakukan. Kepada para sandera, selamat datang kembali di Tanah Air, dan selamat berkumpul dengan keluarga. Saya yakin Bapak-bapak dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik. Ini adalah jalan dari Allah, rezeki dari Allah sehingga bapak-bapak dapat kembali lagi ke Tanah Air dengan selamat," pesan Menlu Retno.
Halaman 2 dari 3