Polisi Dalami Penyebab Kematian Tak Wajar Pengikut Dimas Kanjeng

Polisi Dalami Penyebab Kematian Tak Wajar Pengikut Dimas Kanjeng

Idham Kholid - detikNews
Senin, 31 Okt 2016 12:50 WIB
Foto: Rois Jajeli/detikcom
Jakarta - Polisi tengah mendalami soal lima pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang meninggal dunia secara tidak wajar. Kuku mereka menghitam saat wafat.

"Ini kita akan dalami dulu. Lima kuburan yang ada itu kita harus pastikan bahwa itu bagian dari pengikut," kata Kabag Penum Polri Kombes Martinus Sitompul di Gedung Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (31/10/2016).

"Kemudian apa sebabnya, tentu kita dalami sampai kepada gali kubur penyidik sebelum itu didahului kegiatan penyelidikan untuk memastikan dulu," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika misalnya dinyatakan meninggal karena sakit, kata Martinus, polisi akan melihat riwayat penyakitnya apakah ada catatan pemeriksaan dokter dan pemeriksaan laboratorium.

"Dan didatakan dulu sampai ke kesimpulan apakah ini korban pembunuhan atau tidak. Kalau korban pembunuhan baru lakukan gali kubur hingga autopsi," urainya.

Sebelumnya, JH (60), warga salah satu Kabupaten di Jawa Timur, yang merupakan bekas juru masak di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, mengadu ke Mapolres Probolinggo. Dia menyebut suaminya meninggal di tenda padepokan pada 13 September 2016 atau seminggu sebelum penangkapan Taat Pribadi.

JH bersama keluarganya menemui Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifuddin di ruang K3I, Sabtu (29/10). Dia mengaku bergabung ke padepokan sejak tahun 2012 silam. Ia dijadikan juru masak. Sebagai pengikut, dia telah mengeluarkan uang mahar sebanyak Rp 1,5 juta ke Taat Pribadi.

Soal kematian suaminya yang berinisial IS, JH curiga. Kuku suaminya menghitam. Juga ada tanda aneh di tubuh suaminya.

"Saat itu, saya dan suami berada di dalam tenda padepokan. Pada tengah malam, suami saya keluar tenda dan mengambil wudhu untuk wirid. Setelah itu baru saya yang keluar ambil wudhu, saya lihat suami saya terlentang, saya kira ia tidur," jelas JH.

"Saat saya bangunkan, dia tak bangun. Saat tangan saya diletakkan di atas hidungnya, sudah tak bernafas. Saya kaget dan langsung berteriak minta tolong. Lalu para santri datang," sambung JH.

(idh/jor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads