"Ini kita akan dalami dulu. Lima kuburan yang ada itu kita harus pastikan bahwa itu bagian dari pengikut," kata Kabag Penum Polri Kombes Martinus Sitompul di Gedung Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (31/10/2016).
"Kemudian apa sebabnya, tentu kita dalami sampai kepada gali kubur penyidik sebelum itu didahului kegiatan penyelidikan untuk memastikan dulu," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan didatakan dulu sampai ke kesimpulan apakah ini korban pembunuhan atau tidak. Kalau korban pembunuhan baru lakukan gali kubur hingga autopsi," urainya.
Sebelumnya, JH (60), warga salah satu Kabupaten di Jawa Timur, yang merupakan bekas juru masak di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, mengadu ke Mapolres Probolinggo. Dia menyebut suaminya meninggal di tenda padepokan pada 13 September 2016 atau seminggu sebelum penangkapan Taat Pribadi.
JH bersama keluarganya menemui Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syarifuddin di ruang K3I, Sabtu (29/10). Dia mengaku bergabung ke padepokan sejak tahun 2012 silam. Ia dijadikan juru masak. Sebagai pengikut, dia telah mengeluarkan uang mahar sebanyak Rp 1,5 juta ke Taat Pribadi.
Soal kematian suaminya yang berinisial IS, JH curiga. Kuku suaminya menghitam. Juga ada tanda aneh di tubuh suaminya.
"Saat itu, saya dan suami berada di dalam tenda padepokan. Pada tengah malam, suami saya keluar tenda dan mengambil wudhu untuk wirid. Setelah itu baru saya yang keluar ambil wudhu, saya lihat suami saya terlentang, saya kira ia tidur," jelas JH.
"Saat saya bangunkan, dia tak bangun. Saat tangan saya diletakkan di atas hidungnya, sudah tak bernafas. Saya kaget dan langsung berteriak minta tolong. Lalu para santri datang," sambung JH.
(idh/jor)