Hal itu diungkapkan salah satu kolega atau teman Dahlan, Misbahul Huda. Mantan Dirut PT Temprina Media Grafika itu mendengar langsung keinginan Dahlan tersebut.
"Saya besuk hari Jumat (28/10) pagi kemarin bersama dua teman saya," ujar Misbahul saat dihubungi detikcom, Minggu (30/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada Dahlan, Misbahul mengingatkan bahwa dulu sahabatnya itu pernah mempunyai tiga obsesi. Yaitu ngopeni (memelihara) pesantren, membuat buku, dan menjadi guru. Dalam kondisi Dahlan yang ditahan, Misbahul menyarankan agar Dahlan mengisi waktunya untuk menulis karya.
"Tokoh-tokoh besar kan menelurkan tulisan atau buku saat mereka berada di penjara," kata Misbahul.
Dahlan menyetujui ide tersebut dan langsung meminta Misbahul mencarikan mesin ketik. "Saya tolong dicariin mesin ketik, begitu kata Pak Dahlan," lanjut Misbahul.
Baca juga: Dahlan Iskan Sehat, Tidak Ada Diskriminasi di Rutan
Sebenarnya ada ide untuk membawakan Dahlan sebuah laptop, tetapi membawa laptop di dalam sel tahanan tidak diperbolehkan. Misbahul sempat berujar akan membawakan Dahlan sebuah mesin ketik listrik. Tetapi Dahlan menolaknya dengan alasan akan susah mencari colokan listrik.
"Kami keluar setelah bertemu Pak Dahlan selama 30 menit. Setelah itu, segera saya hubungi teman-teman dan mesin ketik itu diserahkan ke Pak Dahlan sore harinya," terang Misbahul.
Selain meminta mesin ketik, Dahlan juga meminta dibawakan baju santai serta sejumlah buku yang salah satunya adalah novel berbahasa Inggris. "Saya lupa judul novelnya," tandas Misbahul.
Kepala Rutan Medaeng Djumadi mengatakan bahwa membawa mesin ketik ke dalam sel tahanan diperbolehkan. Karena mesin ketik sifatnya pribadi dan tak bisa digunakan untuk berinteraksi dengan dunia luar, tidak seperti laptop ataupun ponsel.
"Sifatnya kan sama dengan alat tulis. Hanya saja mesin tik bisa membuat tulisan menjadi lebih bagus dan tertata. Tidak apa-apa," kata Djumadi.
(iwd/miq)











































