Kapten Anumerta Pierre Tendean, Pahlawan yang Gugur di Usia Muda

Semangat Sumpah Pemuda

Kapten Anumerta Pierre Tendean, Pahlawan yang Gugur di Usia Muda

Salmah Muslimah - detikNews
Sabtu, 29 Okt 2016 07:43 WIB
Kapten Pierre Tendean (Dok. Ilustrator detikcom)
Jakarta - Bila mendengar nama Kapten Tendean, maka yang terlintas adalah sebuah ruas jalan di Kawasan Jakarta Selatan. Namun tahukah Anda, bila nama tersebut merupakan nama salah satu pahlawan yang gugur di usia muda, yakni Kapten Anumerta Pierre Tendean.

Kapten Tendean lahir di Jakarta 21 Februari 1939. Orang tuanya berasal dari dua kewarganegaraan yang berbeda. Ayahnya asli Minahasa DR. A.L Tendean dan ibunya berdarah Prancis, Cornel ME. Pierre.

Masa kecil Tendean dihabiskan di Magelang. Saat menginjak SMP dia pindah ke Semarang hingga menamatkan SMA. Kedua orang tuanya ingin Tendean melanjutkan kuliah di bidang kedokteran, namun Tendean yang bercita-cita menjadi perwira ABRI itu memilih untuk sekolah di Akademi Militer Nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tendean lulus tahun 1962 dan mendapat pangkat Letnan Dua. Tugas pertamanya adalah menjadi Komandan Pleton di Batalyon ke-2 Corps of Engineers di Komando Militer Daerah atau Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur Komando Daerah Militer 2 II di Medan.

Pria yang memiliki wajah blasteran itu juga pernah mendapat pelatihan intelijen di Bogor dan ditugaskan di Dinas Intelijen Pusat Angkatan Darat (DIPIAD). Saat Dwikora, dia memimpin sekelompok relawan di beberapa infiltrasi ke Malaysia dalam misi intelijen.

Karier Tendean terus moncer hingga pada 15 April 1965 dia mendapat promosi menjadi Letnan Satu dan bertugas sebagai asisten pribadi Jenderal Besar Abdul Harris (A.H) Nasution. Dia menjadi ajudan Kepala Staf ABRI Jenderal A.H Nasution yang termuda, baik usia maupun dinasnya sebagai seorang militer.

Sebagai ajudan jenderal besar termuda, Tendean mampu menjalankan tugasnya dengan baik hingga akhirnya pada 1 Oktober 1965 Tendean gugur di usianya yang masih muda yakni 26 tahun.

Kala itu subuh hari, Tendean yang tengah beristirahat di paviliun rumah Jenderal AH Nasution tiba-tiba terbangun oleh suara tembakan. Pasukan G30S datang ke rumah itu untuk menculik AH Nasution.

Kondisi rumah yang gelap saat itu membuat pasukan G30S mengira Tendean adalah AH Nasution. Tendean tak melawan saat dibawa pasukan, bahkan dia mengaku dirinya sebagai AH Nasution.

Tendean diculik dan dibawa ke Lubang Buaya bersama dengan enam perwira tinggi lainnya. Dia ditembak mati dan tubuhnya dibuang ke sumur tua.

Atas pengorbanannya, Tendean diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 5 Oktober 1965 oleh Presiden Soekarno. Tendean juga mendapat kenaikan pangkat menjadi Kapten. Untuk mengenang jasa dan pengorbannnya, nama Kapten Tendean lalu diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Kawasan Jakarta Selatan. (slm/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads