Padahal rencananya pesawat diharapkan mencapai ketinggian 30 kilometer dengan bantuan balon cuaca yang mengangkut pesawat. Namun, baru pada ketinggian 10 kilometer, pesawat sudah kembali ke titik peluncuran.
"Tadi ada gangguan GPS yang seolah-olah menginput auto pilot karena fail safe sistem bekerja. Pesawat gagal sampai stratosfer karena sudah kembali pada ketinggian 10 kilometer," kata Lead Air Frame Design AeroTerrascan Dirgantara Purnama di lokasi peluncuran, Jumat (28/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan untuk mengantisipasi kejadian serupa pada peluncuran nanti, pihaknya akan memperbesar rate fail safe sistem yang sudah ada. Sehingga, sambung dia, ketika ada gangguan pada GPS tidak dengan mudah memicu auto pilot.
"Besok mudah-mudahan gangguan cuaca di atas masih di bawah rate yang kami tentukan. Semoga misi berkelana di lapisan stratosfer bisa terwujud," tutur dia.
![]() |
Peluncuran berlangsung di Balai Uji Teknologi, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN, Pameungpeuk, Garut, Jumat (28/10/2016) sekitar pukul 06.15 WIB. Namun, sekitar 30 menit kemudian pesawat sudah kembali ke titik peluncuran.
Perjalanan menuju stratosfer menggunakan balon udara diperkirakan memakan waktu 1 - 1,5 jam. Pesawat akan kembali dengan sendirinya menggunakan sistem auto pilot setelah balon udara pecah di ketinggian tertentu.
Ekspedisi menembus Langit bertujuan mendukung eksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset aeronautika Indonesia. Nantinya dapat menjadi data acuan untuk mendukung penelitian lebih lanjut serta memacu percepatan teknologi keantariksaan nasional.
Data meteorologi yang didapat dari ekspedisi Menembus Langit dipakai untuk penelitian cuaca dan iklim Indonesia. Selain itu juga menjadi "Guide Book" perihal eksplorasi stratosfer mulai dari riset awal, metodologi, cara kerja, serta pengoperasian sistem menuju stratosfer. (trw/trw)