Acara yang dibalut dengan beda buku 'Mudah Mengkafirkan; Akar Masalah, Bahaya dan Terapinya' karya Syaikh Atiyatullah Al-Libi itu digelar di Masjid Al Anwar Jl.Laksamana Malahayati, Kelurahan Pesawahan, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung, Minggu (23/10/2016). Acara kontra ideologi ini agar masyarakat Lampung tidak mudah terpengaruh oleh propaganda IS/ISIS.
Abu Tholut Al-Jawi mengatakan, pemahaman mudah mengkafirkan atau takfiri masih ada di Indonesia seperti fenomena-fenomena yang terjadi seperti penyerangan terhadap aparat yang bahkan telah muncul sebelum munculnya ISIS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Abu Tholut, kiat menghindarinya adalah dengan mengkaji pemahaman salah tafkiri itu terutama kepada pemuda muslim agar tidak terjebak pada pemikiran-pemikiran tafkiri. Gerakan ini, lanjutnya, sebelum kuat maka mereka bergerak tidak secara terang-terangan.
"Namun ketika dia kuat maka akan muncul secara terang-terangan secara umum seperti itu. Indikasinya jika mereka mendukung ISIS maka dapat dipastikan berpemahaman tafkiri, kalau secara organisasi mereka adalah jamaah daulah khilafah," ujarnya.
"Bagi penegak hukum agar paham dan jangan sembrono dalam mengklasifikasikan pengikut tafkiri sehingga tidak salah langkah," sambungnya seraya menegaskan bahwa tindakan pelaku penusukan anggota Polri di Kota Tangerang bukanlah jihad.
Terpisah, Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen. Pol. Arief Dharmawan menyatakan bahwa kegiatan kontra ideologi yang dilakukan oleh para mantan narapidana teroris merupakan langkah yang positif dan efektif dalam memerangi paham teroris di Indonesia, hal itu senada dengan program prioritas BNPT yang lebih mengedepankan upaya deradikalisasi dan pencegahan terorisme.
Apalagi, lanjutnya, saat ini propaganda teroris berbasis IS/ISIS sangat berpotensi melakukan aksi terorisme secara bersama-sama ataupun individu. "BNPT bisa memfasilitasi para mantan napi teroris untuk melakukan kegiatan dakwah amar makruf nahi munkar melawan propaganda teroris asalkan mereka benar-benar amanah di dalam penyampian dan pelaksanaannya," ujarnya.
"Keberhasilan deradikalisasi untuk mengembalikan pemahaman napi teroris kepada hal yang lebih toleran bukan berasal dari kuantitatif tapi kualitatif dari para mantan napi teroris tersebut untuk mengajak masyarakat dan kelompoknya untuk berama-sama berpandangan toleran dan berdasarkan hukum positif dalam bermasyarakat," urainya. (idh/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini