Namun, upaya tersebut terhambat karena puing-puing sisa bangunan masih berserakan di lokasi. Sehingga Labfor pun masih menunggu datangnya alat berat untuk menyingkirkan puing-puing tersebut.
"Labfor masih menunggu alat berat untuk menyingkirkan puing-puing. Juga menyingkirkan kabel. Karena sekarang ini kan barang bukti masih tertimpa reruntuhan, harus disingkirkan dahulu," kata Kabid Balistik Metalurgi Forensik (Puslabfor), Kombes Ulung Kanjaya di Jl. Raya Hankam, Pondok Melati, Bekasi, Minggu (23/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika puing tersebut sudah disingkirkan, lanjutnya, Labfor akan mencari barang bukti yang berhubungan dengan ledakan. Kemudian barang tersebut akan diidentifikasi.
"Kita menunggu alat berat itu juga karena ada dinding bangunan yang bisa runtuh. Jadi disingkirkan dulu. Kita juga perlu tahu, apakah ada yang berpotensi meledak lagi. Kalau sudah aman, baru Labfor bisa mencari barang bukti yang berhubungan itu," ujar Ulung.
Dalam melaksanakan identifikasi ini, Labfor dibantu dengan tim lainnya seperti dari Gegana dan Inafis dari Polda Metro Jaya. Begitu pula personel dari Polsek Pondok Gede yang ikut mengamankan situasi.
Terkait penyebab ledakan, Ulung mengatakan, bisa disebabkan adanya kebocoran dari gas. Ledakan ini dapat terjadi meskipun tidak ada aktivitas di dalam ruangan tersebut. Ulung menyebut, aliran listrik dapat memicu timbulnya ledakan bila gas dalam ruangan tersebut sudah terkumpul dalam kepadatan tertentu.
"Kalau tidak ada aktifitas, kalau gasnya sudah melebihi ketinggian tertentu tingkat kepadatannya, saklar listriknya bisa jadi pemicu ledakan. Ini masih didalami, apakah itu bisa terjadi. Maka kita masih akan mencari. Karena instalasi gas di PHD itu pakai pipa, kita cari dari mana kebocoran itu terjadi," papar Ulung.
Ia menambahkan, untuk proses identifikasi seperti ini, setidaknya dibutuhkan waktu selama 2 hari untuk mendapatkan hasil.
(jbr/miq)











































