Dewan Masjid Indonesia: Jangan Hancurkan Kebhinekaan Hanya Karena Kekuasaan

Dewan Masjid Indonesia: Jangan Hancurkan Kebhinekaan Hanya Karena Kekuasaan

Gibran Maulana - detikNews
Sabtu, 22 Okt 2016 00:53 WIB
Dewan Masjid Indonesia: Jangan Hancurkan Kebhinekaan Hanya Karena Kekuasaan
Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta - Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DWI) Masdar Farid Masudi mengatakan, pemilu yang damai adalah ujian bagi Indonesia. Namun, jangan sampai karena ingin merebut kekuasaan lantas merusak kebhinekaan yang menjadi ciri khas Indonesia.

Masdar mengatakan, Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai jenis suku dan agama yang tergabung dalam kebhinekaan. Untuk itu, perdamaian harus dibangun atas kebhinekaan.

"Saya datang ke sini ingin merayakan perdamaian. Perdamaian yang dibangun atas kebhinekaan. Indonesia sebagaimana kita tahu adalah bangsa yang sangat plural, punya ratusan suku, bahasa, agama, semua ada di sini. Agama langit, agama bumi. Agama lokal juga tidak bisa dihitung. Selain itu juga dipisah dengan ragam pluralitas geografi. Indonesia negara paling unik, paling plural, paling bhineka di seluruh dunia. Indonesia dengan segala pluralnya bisa bertahan sampai sekarang," kata Masdar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu disampaikan Masdar dalam acara Peringatan Hari Santri dan Deklarasi Pilgub DKI Jakarta Damai oleh Relawan Nusantara (RelaNU) dan Nahdliyin Jakarta, di Wisma Antara, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (21/10/2016) malam.

Masdar juga mengatakan, kebhinekaan juga termasuk dalam salah satu ayat Allah di Alquran. "Kebhinekaan itu merupakan salah satu ayat Allah. Beda warna, beda bahasa, beda budaya, inilah yg bikin keindahan. Jika keindahan adalah dari kebhinekaan, maka selayaknya kita rayakan," katanya.

Bicara soal pemilu yang damai, lanjut Masdar, menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Terlebih pemilu berkaitan dengan kekuasaan.

"Pemilu yang damai memang ini ujian dari kita. Pemilihan seperti yang akan kita jalankan, berkaitan dengan kekuasaan dan sering kali tidak mau ada pesaing. Ingin sendiri dan tidak ada pesaing. Oleh sebab itu, kita bisa paham ada kerawanan apalagi isunya sensitif. Tapi kita harus tetap santai. Kekuasaan ini memang misterinya tampak, orang yang dihitung jadi kadang bisa tidak jadi," katanya.

Masdar juga mengatakan, proses meraih kekuasaan itu tidak boleh terlalu mutlak. Dia juga mengimbau agar para kandidat di Pilkada DKI 2017 tidak terlalu tegang dan harus menerima apapun hasil pemilihan nanti.

"Proses perebutan kekuasaan itu tidak boleh terlalu mutlak-mutlakan, harus jadi, harus tidak jadi. Lawan harus dikalahkan, itu boleh saja sebagai retorika, tapi harus dihitung ada faktor Allah yang maha tahu. Ketika kekuasaan diperebutkan melalui pemilihan, boleh kita serius, tapi jangan berlebihan, jangan terlalu mutlak-mutlakan. Semua bisa dan boleh berharap jadi, tapi semuanya harus terbuka, bahwa bisa saja tidak jadi. Itu adalah kehendak Allah yang maha kuasa," katanya.

"Oleh karena itu persaingan ini tidak boleh mutlak-mutlakan. Dan sekali lagi jangan terlalu tegang, pasrahkan kepada Allah. Dialah yang memiliki kekuasaan untuk memberi kekuasaan kepada siapapun. Yang menang dipersilakan memimpin, dan yang kalah tidak boleh ngamuk. Yang ngamuk tidak mengikuti perintah Allah," tambahnya.

Di akhir pidatonya, Masdar berpesan jangan sampai pesta demokrasi ini malah merusak kebhinekaan yang menjadi ciri khas Indonesia. "Saya ingin betul-betul menekankan pesan, jangan hancurkan kebhinekaan kita hanya karena persoalan kekuasaan. Dan ikhlaskan apa yang jadi takdir Allah nanti. Siapapun yang menang harus kita hormati, kita dukung," katanya.

"Kita penuhi agenda yang ada di Alquran yaitu keadilan. Keadilan pada yang lemah supaya bisa mendapat hak-haknya. Dan sekali lagi kekuasaan itu akan dijatuhkan pada orang yang beriman," tambahnya.

(jor/jor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads