Truk Sampah Antre Lama di Bantargebang, Sopir Bengkak Pengeluaran dan Pingsan

Truk Sampah Antre Lama di Bantargebang, Sopir Bengkak Pengeluaran dan Pingsan

Ibnu Haryanto - detikNews
Selasa, 18 Okt 2016 15:33 WIB
Foto: Ibnu Hariyanto-detikcom
Jakarta - Truk-truk sampah mesti mengantre lama menurunkan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi. Imbasnya pengeluaran sopir bengkak hingga ada yang sampai pingsan.

Seorang sopir truk sampah, Aceng mengatakan pengalamannya mengantre hingga belasan jam menyetorkan sampah di Bantargebang, dari yang normalnya sekitar 4 jam.

"Kemarin mulai kerja pukul 05.00 WIB, keluar dari pul (Kebayoran Baru) pukul 10.00 WIB, sampai sini pukul 13.00 WIB, baru bisa keluar pukul 05.00 WIB subuh hari ini. Padahal kontrak kerja saya 8 jam saja," tutur Aceng di TPA Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (18/10/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini sudah terjadi sejak sekitar bulan Ramadan lalu. Sebelumnya, hanya butuh waktu 4 jam untuk menyetorkan sampah itu.

"Katannya alatnya (alat berat) kurang, solar (solar alat berat)-nya habis. Kalau Sabtu-Minggu lebih parah mobilnya, 1500 mobil dari 5 wilayah," imbuhnya.

Ada beberapa titik antrean menyetorkan sampah. Bila alat berat bahan bakar solarnya habis, truk diminta pindah antrean ke titik buang yang lain, yang berarti harus mengantre lagi dari belakang.

Imbas lamanya antrean truk sampah di Bantargebang itu, pengeluaran Aceng membengkak. Bila uang bekal habis, Aceng terpaksa tak makan.

"Kalau antrenya panjang, pengeluaran sehari Rp 100 ribu, gaji Rp 3 juta per bulan. Tidur di mobil, badan capek semua. Kalau punya uang ya makan, kalau nggak punya ya sudah," keluhnya.

Bahkan Aceng mengaku beberapa temannya sakit sampai pingsan karena antrean ini.

"Ya banyak, ada yang sampai pingsan dulu," tuturnya.

Seorang sopir truk lain, Deden dari pul Kebayoran Baru juga mengatakan pengeluaran yang membengkak imbas antrean lama di TPA Bantargebang ini membuatnya malah nombok.

"Ya nambah lah (pengeluarannya), malah nombok. Sekarang istilahnya kalo dulu dikasih gocap (Rp 50 ribu), nggak bakal cukup sekarang mah. Enaknya di sini kagak ada pungutan. Ya jajannya ini yang nambah, mana nggak ketemu anak bini," keluh Deden.

Bila bekalnya habis, beberapa sopir pun bisa mengutang makan di warung nasi. Yang tak bisa mengutang, terpaksa tidak makan hingga sakit.

"Jadi sakit mulu nih nggak makan-makan. Kalau sudah kenal (pemilik) warung, ngutang mah bisa. Kalau nggak kenal mah mana bisa (ngutang)," keluh Deden.

Istirahat pun dilakukan di dalam truk kadang di kolong truk.

Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang kini diambil alih langsung oleh Pemprov DKI per Juli 2016 lalu. Sebelumnya, TPST Bantargebang dikelola PT Godang Tua Jaya (GTJ) dan PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI). (nwk/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads