"Risiko yang pernah dirasakan kalau di air kebanyakan tusuk sate dan paku. Ada teman yang pernah kena tusuk sate, dua hari demam," tutur Rusdi, pasukan oranye bagian air yang membersihkan sungai dan danau.
Rusdi menyampaikan itu dalam acara "Penyerahan Asuransi Kecelakaan Jaga Diri kepada Pekerja Harian Lepas Dinas Kebersihan Jakarta" di Kantor Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Jalan Mandala Nomor 67, Cililitan, Jakarta Timur, Selasa (18/10/2016). Acara itu dihadiri para pasukan oranye, Kepala Suku Dinas Kebersihan dari seluruh kotamadya di DKI dan Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Ali Maulana Hakim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain terkena benda-benda yang berbahaya pada fisik, Rusdi juga mengaku terkadang ada saja warga yang nyinyir pada pasukan oranye.
"Di masyarakat, peran masyarakat masih kurang. Pengalaman waktu bersihin kali, ada masyarakat yang ngomong kaya gini 'Masih untung gue buangin sampah di kali. Kalau gue nggak buang sampah, lu nggak bakalan kerja'," katanya.
Sedangkan Danang, seorang petugas pasukan oranye di darat, malah pernah mendapat beberapa jahitan karena terkena beling.
"Kesadaran warga masih kurang, masih membuang dengan sesuka hati. Pernah mengalami kena beling, 9 jahitan kena urat tendon, 2 minggu proses penyembuhan, musibahnya di Agustus," kata Danang sambil menunjukkan bekas luka jahit imbas kena beling di tangan kanan.
Namun, Dinas Kebersihan DKI Jakarta sejak awal sudah memberikan fasilitas berupa gaji standar Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp 3,1 juta per bulan hingga asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
"Perubahan sekarang sudah dibantu BPJS Ketenagakerjaan, Kesehatan dan gaji sudah sesuai dengan UMP Rp 3,1 juta. Sekarang ada bantuan dari Jaga Diri (bantuan asuransi dari perusahaan asuransi swasta-red), terima kasih," kata Rusdi.
"Asuransi membantu meringankan," timpal Danang.
Sementara Wakil Dinas Kebersihan Jakarta Ali Maulana Hakim menguatkan apa yang dikeluhkan para pasukan oranye itu, tentang risiko kerja dan tingkat kepedulian warga DKI.
![]() |
"Tukang sapu di jalan mulai kerja pukul 04.00 WIB, pagi-pagi kendaraan melaju kencang-kencang, rawan ketabrak. Kita seperti kerja sendiri, kalau warga itu tidak ada partisipasi. Banyak sekali warga DKI memberi PR kepada kita. Ada tanah-tanah kosong yang dilarang masuk, tapi di situ banyak sampah. Ada di gorong-gorong, di kali bawah jembatan, kondisi-kondisi yang sangat berisiko tinggi dari keselamatan kerja," tuturnya.
Namun risiko yang dihadapi para pasukan oranye itu sudah diantisipasi Dinas Kebersihan DKI dengan memberikan asuransi.
"Banyak yang bilang kali kita sudah bersih. Bersihnya itu karena dibersihin. Sekitar 28 atau 30 klaim kita sudah asuransi ke BPJS. Seperti sakit, cedera, cacat, ada juga yang meninggal," tuturnya.
Ali mengatakan partisipasi masyarakat juga dibutuhkan untuk menjaga kebersihan di DKI Jakarta. Warga diharapkannya tidak hanya bisa mengadu dan mengirimkan foto tentang kebersihan lingkungannya.
"Kita perlu bantuan masyarakat juga laporin perbuatan untuk memantau orang buang sampah sembarangan," jelasnya. (nwk/erd)