Oleh sejumlah pihak, Jonan yang sebelumnya dicopot dari posisi Menhub dinilai tak punya pengalaman di bidang ESDM. Sementara itu, penunjukkan Arcandra dikritisi karena sebelumnya sudah diberhentikan dari posisi Menteri ESDM akibat masalah kewarganegaraan.
Luhut pun mengingatkan agar tak ada yang menganggu duet Jonan-Arcandra. Dia bisa mentolerir kritik konstruktif, tapi ogah bila komentar soal Jonan-Arcandra ditarik ke politis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Wakil Ketua MPR Kritisi Jokowi yang 'Duetkan' Jonan dan Arcandra di ESDM
Pesan itu juga dia tujukan ke Komisi VII DPR yang merupakan mitra Kementerian ESDM. Menurut Luhut, saat ini banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan bersama-sama.
"Saya titip ke Pak Mulyadi, Pak Fadel, Pak Agus, jangan kalian boxing-in ini mereka berdua. Banyak pekerjaan rumah kita. Proses pengambilan keputusan saya titip ke Pak Arcandra dan Pak Jonan untuk dilanjutkan. Kami melihat kepentingan nasional," ujarnya.
Baca Juga: Politikus Gerindra Anggap Kombinasi Jonan-Arcandra Dipaksakan
Presiden Joko Widodo melantik Jonan sebagai menteri ESDM dan Arcandra selaku wakil menteri ESDM pada Jumat (14/10/2016) lalu. Luhut sendiri tidak hadir di pelantikan dua mantan menteri itu.
Dilantik pada 27 Juni 2016, Arcandra lengser dari jabatannya pada 15 Agustus 2016 gara-gara terbelit masalah kewarganegaraan. Arcandra ternyata pernah memegang paspor Amerika Serikat yang membuatnya tidak memenuhi kualifikasi menjadi menteri. Presiden Joko Widodo pun memberhentikannya dengan hormat.
Baca Juga: Komisi VII DPR: Jonan-Arcandra Harus Satukan Kemampuan di ESDM
Saat Menkum HAM Yasonna Laoly mengukuhkan kembali kewarganegaraan Arcandra, isu dia kembali masuk kabinet pun menguat. Meski dikritik publik, Jokowi tetap mempertimbangkan Arcandra jadi menteri lagi. Hingga akhirnya, kursi wakil menteri ESDM muncul di Kabinet Kerja dan langsung diisi oleh Arcandra.
(imk/tor)











































