Taman Indah Ladang Sampah

Anyonghaseo (32)

Taman Indah Ladang Sampah

M Aji Surya* - detikNews
Kamis, 13 Okt 2016 12:59 WIB
Taman Indah Ladang Sampah
Foto: M Aji Surya/detikcom
Seoul - Anyonghaseo. Tidak perlu kata "buntu". Segala masalah akan mudah terurai manakala manusia masih memiliki kreatifitas. Sampah yang menggunung pun bisa dijadikan taman nan-indah dan murah. Inilah pelajaran penting bagi manajemen kota di Indonesia.

Mendengar kata Bantar Gebang, bagi sebagian orang Jakarta dan sekitarnya, langsung membuat kepala seolah disambar petir. Meskipun berada di jarak puluhan hingga ratusan kilometer dari tempat tersebut, tidak sedikit dari kita yang kemudian otomatis menutup hidung. Kesan kotor dan bau busuk langsung menyeruak dalam rongga ingatan dan seolah menyusup secara pelan namun pasti ke dalam batang hidung.

Ya, memang selama bertahun-tahun, Bantar Gebang adalah kisah daerah kumuh yang hanya berisi kaum marjinal. Walaupun daerah ini terus berjasa bagi masyarakat Jakarta, namun selalu dipersepsikan menjadi "ruang belakang" yang tidak berharga. Bagaimana tidak, setiap hari ratusan truk sampah menghempaskan muatan dan menumpuk bagaikan gunung yang menyundul langit ke tujuh. Makin tinggi semakin menjijikkan.

Bunga indah di Haneul ParkBunga indah di Haneul Park

Bukan hanya mata, pikiran dan hidung yang terganggu dengan sampah di Bantar Gebang. Pencemaran udara bukan hanya soal biasa. Bahkan, air lendir dari sampah juga membuat warga sekitar mengidap sakit kulit. Itulah yang membuat ribuan lalat berkerumun sambil sarapan dan makan siang. Belum lagi hilir mudiknya truk sampah yang mengganggu ketenteraman dan berpotensi merusak jalan. Komplit sudah wajah buruk tempat pembuangan sampah di Bekasi tersebut.

Sayangnya lagi, Bantar Gebang hanyalah salah satu gambaran dari sekian banyak tempat buang sampah di berbagai kota di Indonesia. Semua hampir sama: tidak elok dipandang, tidak sedap dihirup, serta merusak lingkungan. Tidak sehat untuk kesehatan.

Perkara sampah, bukan dominasi Jakarta dan kota besar di Nusantara. Dimanapun, sampah menjadi musuh publik yang harus ditaklukkan. Di Paris misalnya, sampah dipilah sedemikian rupa dan tiap hari dibakar secara sistematis sehingga hanya menyisakan abu semata. Seberapa pun sampah datang, hari itu akan dilawan dengan api sehingga agar tamat riwayatnya: tidak makan tempat, tidak kotor, tidak bau serta efisien. Di tempat lain, ada juga sampah yang dijadikan kompos untuk pupuk.

Ilalang liar di Haneul ParkIlalang liar di Haneul Park

Menggunungnya sampah di ibukota negeri ginseng juga pernah terjadi. Sangat tinggi sampai "menyundul" langit. Saking tingginya, dari tumpukan yang paling atas, orang bisa leluasa melihat keindahan kota Seoul. Entah berapa ratus ribu truk sampah pernah dihempaskan di pinggiran kota tersebut. Yang jelas, tidak kalah dengan yang terjadi di Bantar Gebang pinggiran Jakarta.

Bisa jadi, saat itu orang Korea juga enggan menjejakkan kakinya kesana. Tempat yang tidak terhormat buat manusia. Namun karena jumlahnya yang sudah demikian banyak, maka manusia Korea yang terkenal dengan kreatifitasnya itu mencoba mencari akal. Mencoba menyulap daerah yang semula tidak ramah manusia itu menjadi tempat berkumpulnya manusia. Rancangan dibuat, setahap demi setahap dilaksanakan.

Justru di dekat tempat sampah itulah didirikan sebuah stadion sepakbola yang super mewah, tempat berlangsungnya perhelatan World Cup yang ke-17. Ide super brilian itu yang membuat semua orang mulai melupakan asal muasal daerah kumuh penuh sampah dan kotoran yang menjijikkan. World Cup seketika mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang sangat berharga dan dinanti-nanti miliaran manusia di atas jagad raya.

Sungai Han dan Kota Seoul dari Haneul ParkSungai Han dan Kota Seoul dari Haneul Park

Demikian juga dengan tumpukan sampah yang yang ada disebelah gedung olahraga tersebut. Mulai tahun 1993, sedikit demi sedikit disulap menjadi taman yang indah. Seiring dengan sampah yang bermetamorfosis, lahan luas itu ditanami aneka tetumbuhan. Aneka bunga liar dibiarkan tumbuh agar muncul kesan alamiah: pinggiran kota yang alami!.

Di musim gugur seperti saat ini, daerah bekas sampah itu menjadi tempat wisata yang sungguh mengagumkan. Di tempat tinggi ini, wisatawan datang silih berganti untuk menikmati tetumbuhan alami di jalan-jalan setapak buatan. Mereka membawa bekal dari rumah untuk dinikmati bersama keluarga. Selain aneka bunga musim gugur yang mekar, para pelancong sengaja datang untuk menikmati gemerlap kota Seoul dari kejauhan di bawah sengatan sang mentari yang lembut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak bermaksud melupakan asal muasal sejarah wilayah tersebut, Pemerintah Seoul kini menamakannya Haneul Park, atau Taman Langit. Inilah taman ekologis yang bisa menjadi contoh positif bagaimana gunung sampah berubah bentuk menjadi lahan yang disukai semua orang. Semua bisa asal ada kemauan. Semua bisa Indah asal kreatif. (try/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads