Cerita Warga Pangandaran yang 'Terisolasi' Pasca Jembatan Putrapinggan Ambles

Cerita Warga Pangandaran yang 'Terisolasi' Pasca Jembatan Putrapinggan Ambles

Masnurdiansyah, - detikNews
Selasa, 11 Okt 2016 14:03 WIB
Foto: Masnurdiansyah
Pangandaran - Jalan penghubung Kabupaten Ciamis dan Pangandaran terputus karena jembatan Putrapinggan ambles, Minggu malam lalu (9/10). Warga pun terpaksa harus berjalan kaki menyusuri sungai atau nekat menyebrang jempatan yang hampir runtuh itu untuk keperluan mereka.

Jembatan itu berada di antara Desa Putrapinggan dan Desa Babakan, kerap dilalui oleh berbagai jenis kendaraan baik wisatawan maupun barang dagangan.

Ridwan (32), pedagang jangkrik di Pasar Pangandaran, mengaku dua hari ini terpaksa menjemput barang daganganya yang dikirim dari Kabupaten Ciamis. Ridwan terpaksa berjalan dari seberang jembatan untuk mengambil delapan karung berisi jangkrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bawa dagangan jangkrik, buat jualan di Pasar Pangandaran. Karena jembatan ambles saya jalan kaki dulu ke desa seberang untuk ngambil barang," ujar Ridwan saat ditemui di sekitar lokasi jembatan, Selasa (11/10/2016).

Ia telah berjualan selama kurang lebih 5 tahun. Hambatan kali ini baru pertama dialaminya. Sambil berjalan di atas jembatan yang ambles sepanjang 50 meter dengan lebar 6 meter Ridwan memikul karung. Ridwan sendiri mengaku sejak kejadian jembatan ambles tidak mempengaruhi penghasilan penjualannya.

"Kalau rugi sih tidak karena memang kebanyakan konsumen saya ada di sana (Pasar Pangandaran). Biasanya saya kan tinggal nunggu saja di pasar kalau sekarang harus nyamperin gitu," tuturnya.

Lain halnya dengan Darus (37) salah satu warga yang tinggal di RT 02/RW 04, Desa Kalipucang, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran terpaksa harus gigit jari karena penghasilannya sedikit menurun. Darus seorang pembuat gula merah kerap memasok gula merah ke Pasar Pangandaran.

"Aktivitas pengiriman gula merah pasti terhambat karena mobil yang biasa bawa kan tidak bisa masuk," kata dia saat ditemui di lokasi yang sama.

Darus terpaksa harus mengantar barang dagangannya menggunakan motor roda dua dan berkeliling menyisir Sungai Ciputrapinggan untuk sampai ke lokasi pasar. Tidak hanya Darus seorang, rekannya pun mengalami hal serupa, karena merasa terhambat oleh jembatan yang ambles.

"Ada sekitar 18 orang lah teman saya juga terhambat mau nganter barang. Biasa pakai jalur ini (Jembatan Putrapinggan) sekarang ribet harus ngeliling dulu," keluhnya.

Untuk membuat gula merah Darus menggunakan bahan dasar dari buah kelapa tua. Namun pohon kelapa miliknya kini rusak karena diterjang banjir. Biasanya dalam sehari Darus bisa menghasilkan 10 kilo gula merah, namun untuk saat ini jumlahnya berkurang sampai 5 kilo saja.

"Ada tujuh pohon kelapa yang kena banjir. Biasanya uang saya dapat Rp 100 ribu perhari tapi sekarang penghasilan turun sejak hari kemarin Senin (10/10) cuman dapat Rp 50 ribu kadang lebih sedikit," ungkapnya.

Tidak hanya para pedagang saja yang merasa terhambat. Para warga yang datang dari Kabupaten Ciamis menuju Kabupaten Pangandaran ataupun sebaliknya mengeluhkan hal yang sama. Para warga yang tinggal di Desa Babakan, Kabupaten Pangandaran juga harus berjalan kaki menyebrangi jembatan sambil membawa barang pribadi mereka.

"Saya warga Desa Babakan mau ke Ciamis ini sekarang kan kerja di sana. Saya mau ke bus kan lagi parkir di seberang," kata Indah (26) yang bekerj sebagai buruh pabrik di Kabupaten Ciamis.

Indah membawa dua kantong yang isinya baju dan perlengkapan keseharian selama tinggal di Ciamis.

"Saya ngekos di sana, kebetulan pulang dulu ke rumah kemarin eh jembatannya rusak. Diantar sama ayah saya pakai motor sampai di seberang saja, saya jalan kaki mau nyari bus ke Ciamis," terangnya.

(ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads