Pernyataan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) soal surat Al Maidah ayat 51 menuai polemik. Banyak tokoh muslim yang mengecam Ahok. Namun ada juga yang membela.
Salah satu pembelaan datang dari Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta Taufik Damas. Dia mengatakan ucapan Ahok memang sangat berpotensi untuk disalahpahami. Wajar jika kemudian masyarakat menilainya telah melakukan pelecehan terhadap ayat tersebut. Namun, dia menambahkan, pernyataan tersebut harus dilihat secara utuh konteksnya.
"Hanya saja, seharusnya kita lihat video aslinya yang utuh. Saya sudah melihat, dan suasananya sangat cair. Masyarakat tampak antusias dan gembira mendengarkan pidato Ahok ketika itu. Lagi pula, saya perhatikan ucapan Ahok itu tidak bermaksud melecehkah ayat dalam surat Al Maidah itu. Ucapan Ahok itu bermakna memang ada orang yang yang menggunakan ayat tersebut dalam konteks pemilihan kepala daerah di Jakarta, khususnya menyangkut larangan memilih pemimpin non-muslim. Jadi titik tekannya adalah kalimat 'membohongi pakai ayat', bukan ayatnya yang membohongi," ujar Taufik kepada wartawan, Jumat (7/10/2016).
Meski demikian, Alumnus Universitas al-Azhar ini menyatakan bahwa tidak semua orang yang membawa-bawa ayat Alquran dalam konteks pilkada berarti membohongi masyarakat. Yang salah adalah mempolitisasi ayat-ayat Alquran demi kepentingan politik semata.
"Tentu kita tidak boleh melakukan generalisasi. Ada orang yang memang tulus meyakini ada larangan memilih pemimpin non-muslim berdasarkan dalil-dalil ayat Alquran. Itu harus dihargai. Namun, dalam politik tak menutup kemungkinan ada orang yang menjadikan ayat-ayat hanya sebagai alat politik. Memperlakukan ayat-ayat sebagai alat politik justru inilah yang berbahaya, karena berpotensi mengaburkan fakta politik yang sebenarnya," kata Taufik.
Baca juga: Bareskrim Pelajari Laporan Tuduhan Penistaan Agama oleh Ahok
Jadi, menurut Taufik, sebaiknya unsur SARA benar-benar dihindari dalam politik karena akan selalu melahirkan kontroversi yang tak berujung.
"Sebaiknya kita hindari unsur SARA dalam politik. Lebih baik kita ajak masyarakat untuk berpikir kritis terhadap calon pemimpin yang ada, baik di Jakarta atau di mana pun. Pilkada kan bukan hanya di Jakarta, tapi juga ada di daerah lain. Sikap kritis dan obyektif harus dikedepankan dalam melihat proses Pilkada ini," ulasnya.
"Dengan demikian kita akan mampu memilih pemimpin yang benar-benar akan memberikan maslahat yang sebesar-besarnya. Dalam kaidah fiqih dikatakan tasharuful imam 'ala ra'iyatihi manuthun bil mashlahah; kebijakan seorang pemimpin harus bermuara pada kemaslahatan rakyatnya," imbuhnya.
Baca juga: Aa Gym Minta Umat Islam Tak Sikapi Berlebihan Soal Ahok Singgung Al Maidah 51 (tor/van)