Di usianya yang kini 64 tahun, Miyanti tak kenal lelah mengabdikan dirinya sebagai kader posyandu Melati I di desanya, Tasik Semenai, Koto Gasib.
Sejak 30 tahun lalu, istri dari Anton Siswoyo (63) ini aktif mengajak kaum ibu untuk selalu menimbang bayinya di posyandu Melati itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menjadi kader posyandu, Miyanti harus menempuh pelatihan yang lumayan jauh ke ibu kota kecamatan. Dia terus menekuni ilmu yang diberikan saat pelatihan sebagai kader posyandu.
Banyak sudah suka duka yang dialami sebagai kader posyandu. Tapi baginya, dalam pengabdiannya ke masyarakat dia nilai tidak ada dukanya. Melainkan pelayanan kepada balita justru dia anggap pekerjaan yang menyenangkan.
![]() |
Miyanti mengakui, tak mudah memang mengajak kaum ibu yang memiliki balita untuk terus mengontrol anaknya di posyandu. Butuh kesabaran ekstra untuk meyakinkan kaum ibu di desanya betapa pentingnya untuk selalu menimbang anaknya di posyandu.
Lewat pengontrolan setiap bulannya di posyandu, menurut Miyanti, hal itu akan mengetahui perkembangan anak antara usia dan berat badanya. Lewat posyandu juga bisa mengetahui apakah balita tersebut sehat atau malah mengalami gizi buruk.
"Dulukan memang susah ya mengajak ibu-ibunya untuk rajin membawa balitanya ke posyandu. Selain susah, juga kadang banyak yang tidak rutin untuk datang ke posyandu," kata Miyanti dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (5/10/2016).
Selain berhadap dengan kaum ibu, di internal kader sendiri juga banyak yang tak bertahan. Tak semua kader bisa bertahan hingga belasan tahun. Kadang ada yang sudah mengabdi lima tahunan, sudah mengundurkan diri dengan berbagai alasan kesibukan. Ini juga menjadi kendala tersendiri buat posyandu untuk kembali merekrut kader barunya.
Tapi bagi Miyanti, sekalipun rekan-rekan terdahulunya sudah banyak yang berhenti, dirinya tidak tergoda. Sang suami Anton selalu memotivasi istrinya untuk terus mengabdi sampai akhir hayat mereka di usia yang sudah tua.
"Suami saya tidak pernah mempermasalahkan, malah terus mendukung," kata Miyanti.
![]() |
Sebagai kader posyandu, Miyanti juga menunjukkan teladan ikut dalam program KB yang digalakan pemerintah. Ini dibuktikannya dengan hanya memiliki dua orang anak. Kedua anaknya ini telah memberikan 4 cucu kepadanya.
"Jadi saya juga KB dan anak saya juga saya anjurkan untuk berKB. Dua anak cukuplah," kata Miyanti tersenyum.
Di Posyandu Melati I dimana Miyanti berkarya, ada 9 kader lainnya. Posyandu ini terintegrasi dengan PAUD, Posyandu untuk lanjut usia. Ini belum lagi posyandu ini juga ada program senam ibu hamil, serta bercocok tanam obat-obatan alami.
Rumah Miyanti merupakan rumah sederhana dengan banyak tumbuh-tumbuhan untuk obat yang ditanam dalam polybag.
Ada pohon jahe, sambiroto, bunga merah, kumis kucing, lengkuas, bangle, temu ireng, kencur, temu lawak dan berbagai jenis tanaman lainnya yang disebut dengan istilah Tanaman Obat Keluarga (Toga). Tanaman itu dijaga dengan baik untuk ramuan obat tradisional.
Di tanaman itu, ada obat untuk balita bila masuk angin, atau bila demam. Obat tradisional ini, mereka berikan ke balita atau ke lansia sebagai bentuk pertolongan pertama.
Bila si bayi demam, warga desa ini tidak mesti buru-buru harus membawa anaknya ke dokter. Tapi warga desa ini berkonsultasi dengan kader posyandu kira-kira obat tradisional apa yang harus diberikan ketika anak mereka mengalami gejala demam.
Di sinilah, fungsi para kader semacam tempat 'curhat' kaum ibu dalam memberikan pertolongan pertama jika anak-anak mereka jatuh sakit. Para kader yang sudah diberikan bekal pelatihan, akan mencocokan jenis tanaman untuk ramuan obat tradisional itu.
"Kadang kalau ada balita yang demam, saya datangi ke rumahnya untuk membawakan ramuan obat dari Toga tadi. Itu bila di rumah warga tak ada tanaman obat. Bila ada, saya cukup memberikan resep ramuannya," kata Miyanti.
Dengan berbekal pelatihan, para kader Posyandu Melati I di bawah asuhan Ibu Darsih (37) sebagai istri kepala desa Hadi Suprapto (36) mereka selalu bersama-sama mengajak semua masyarakat desa untuk bercocok tanam Toga. Di desa ini ada 298 kepala keluarga atau sekitar 1.074 jiwa.
Para kader posyandu di desa itu sangat kompak sekali. Untuk menunjang operasional posyandu, warga desa ini tidak mesti bergantung pada dana APBD Siak. Namun sang kepala desa Hadi Suprapto membuat aturan, bahwa 12 persen dari hasil penjualan buah sawit warganya akan disumbangkan untuk kebutuhan posyandu.
Sehingga, warga desa inin memiliki mobil ambulan desa yang siaga 24 jam untuk berjaga-jaga bila ada warga yang butuh pertolongan untuk dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
Urusan untuk membawa mobil ambulans desa, para pria diberikan tugas secara bergiliran. Sekalipun mobil ambulans yang dimaksud tentunya tidak seperti ambulan pada umumnya. Yang terpenting, mobil warga desa setempat berfungsi seperti ambulan yang siap kapan pun untuk merujuk warga.
![]() |
Tidak hanya sekedar warga desa yang kompak terlihat. Sang ibu Camat Koto Gasib, Ibu Mini Apriyanti juga ikut andil untuk terus membina para pader posyandu dalam memberikan pelayanan yang prima. Warga desa ini seakan tak ada batas dengan ibu camat mereka Mini Apriyanti.
"Jadi ibu camat kami (Mini Apriyanti) juga selalu memberikan dorongan buat kader posyandu. Kami juga dilatih untuk membuat pecel herbal untuk ibu menyusui dan puding berbahan dasar ikan untuk anak-anak," kata Miyanti.
Pengabdian Miyanti sebagai kader posyandu yang rentang waktunya lumayan panjang, pada tahun 2014 lalu, Bupati Siak Syamsuar memberikan piagam penghargaan buatnya sebagai kader yang tercatat sudah lebih 20 tahun mengabdi. Warga desa ini juga sangat menghargai Bupati Siak Syamsuar yang selalu memberikan perhatiannya ke masyarakat desa.
Miyanti menyebutkan, sekalipun menerima penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Siak, bukan berarti itu puncak dari segalanya. Dia akan mengabdikan dirinya sampai akhir hayatnya.
Walau sudah diusia senja, dia selalu tetap menjaga kebugaran lewat asupan tanaman obat yang ada di halaman rumahnya. Dia akan tetap ikut beraktivitas bersama kader posyandu lainnya yang tentu usianya masih jauh di bawahnya. Selain Miyanti, masih ada kader lainnya yakni ibu Katini (44) yang juga sudah mengabdikan dirinya sebagai kader 23 tahun lamanya hingga sekarang.
Tahun ini, Pemkab Siak baru memberikan dana bantuan untuk kader posyandu sebesar Rp 50 ribu untuk sekali kegiatan. Uang itu diberikan hanya sekadar untuk pengganti dana transportasi. Tapi bagi Miyanti dan kader lainnya, tanpa bantuan itu pun mereka tetap bersemangat untuk tetap mengabdi tanpa pamrih.
"Baru sekarang ini kita dapat dana transpot, walau kecil, tapi Alhamdulilah ada perhatian dari Pak Bupati," kata Miyanti.
Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Siak, dr Tonny Chandra mengatakan, sangat jarang sekali ada kader yang mengabdi sampai sampai di atas 20 tahun. Dia juga merasa salut atas pengabdian nenek Miyanti dan Katini yang tak pernah kenal menyerah dalam membina warga desa untuk selalu membawa balitanya ke posyandu.
"Kadang kita malah mikir, kader posyandu ini tak ada gaji, mereka mengabdi tanpa pamrih. Tapi kok kadang malah ada PNS yang sudah digaji negara masih malas-malasan bekerja. Ini lah yang membuat saya sangat salut sama ibu Miyanti dan Katini serta kader posyandu lainnya," kata Tonny.
Menurut Tonny, kader posyandu adalah ujung tombak utama dalam membawa masyarakat untuk hidup sehat. "Mereka itu adalah pejuang-pejuang kesehatan kita yang tanpa pamrih," ujar Tonny.
(cha/fdn)