Pukul 09.00 WIB ada pemborong bangunan yang mengorder lima dari mereka untuk mengerjakan galian pondasi. Selebihnya, hingga lepas tengah hari, enam orang 'manusia cangkul' itu hanya duduk-duduk atau terkadang tiduran di atas rerumputan di pinggir trotoar.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan sehari dua hari mereka tak dapat order. "Kadang tiga hari saya nggak dapat order," tambah Gusmawan. Walhasil ketika order tak didapat, Gusmawan dan 'manusia cangkul' lainnya terpaksa berutang di warung nasi langganan untuk makan.
Nanti setelah dapat orderan, utang baru dibayar. Untuk sekali makan, biasanya mereka menghabiskan Rp 6.000 dengan menu nasi, sayur dan lauk tahu atau tempe.
![]() |
Di tempat sama ada Lani (45) yang juga tengah menunggu orderan. Tak jauh dari mereka ada Rastoni (65) yang berjalan seorang diri menyusuri trotoar untuk mencari pelanggan. Menjadi 'manusia cangkul', penghasilan Gusmawan, Lani dan Rastoni tentu tak menentu.
Penghasilan mereka bergantung dari ada tidaknya warga di perumahan sekitar Bintaro yang memberikan order kerjaan. Untuk sekali pekerjaan seperti membuat galian pondasi dan septic tank, membersihkan got atau menyiangi rumput mereka mendapatkan upah Rp 60 hingga Rp 70 ribu.
Mereka akan mendapatkan penghasilan lebih besar jika mendapat orderan dari pemborong proyek. Biasanya pemborong meminta
mereka mengerjakan secara bersamaan. "(Kerja) untuk proyek biasanya bareng-bareng. Nanti rembukan sama mandor soal harga borongan. Biasanya (per orang) dapat Rp 90 ribu," kata Lani.
Gusmawan, Lani dan Rastoni berasal dari satu daerah yakni Brebes, Jawa Tengah. Di kota bawang itu mereka juga berprofesi sebagai buruh tani. Mereka tak punya sawah, sehingga bekerja dengan sejumlah petani bawang di Brebes. Saat di Brebes sedang tak musim tanam atau panen bawang, mereka ke Tangerang Selatan untuk menjadi 'manusia cangkul'.
Mengapa tak memilih ke Jakarta?
"Sama saja, di sini juga sama. Mendingan di sini dari pada di Jakarta," jawab Lani. (erd/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini