"Kemarin saat penertiban saya terus keliling di sana. Saya lihat mereka sangat kooperatif, bagus mereka. Saya apresiasi betul sikap mereka," ujar Jupan saat berbincang, Kamis (29/9/2016).
Jupan mengaku pada saat keliling memantau pelaksanaan penertiban, ia tidak melihat penolakan dari warga. Menurutnya, sikap yang ditunjukkan oleh warga ialah bentuk sikap tanggung jawab untuk menjaga ketertiban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sikap warga menunjukkan kesadaran atas kepentingan masyarakat lainnya. Sebab dengan adanya normalisasi Sungai Ciliwung juga akan memperkecil risiko banjir yang biasa terjadi.
"Bisa jadi warga Bukit Duri juga melihat bagaimana Kampung Pulo yang sekarang juga lebih minim banjir setelah ada normalisasi. Dan ini kan juga untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas," tuturnya.
Jupan mengatakan tujuan penertiban ini juga sebagai bentuk kepedulian pemerintah daerah. Upaya relokasi dan pemberian fasilitas lain, diberikan pemerintah agar warga yang pindah tidak menjadi sulit.
"Yang dilakukan ini kan bukan penggusuran. Kalau penggusuran, warga tidak akan dapat relokasi rusun dan fasilitas lainnya. Mana ada negara yang ingin rakyatnya kesusahan?" ujar Jupan.
Jupan juga yakin bagi warga yang belum pindah dari Bukit Duri juga akan segera pindah. Penertiban dilakukan karena proyek normalisasi sungai tidak dapat ditunda.
"Proses penertiban tetap jalan karena proyek normalisasi kan tidak bisa menunggu. Sementara itu proses hukum di PTUN juga tetap berjalan," katanya.
Pada saat penertiban hari Rabu (28/9), warga memang sempat menggelar orasi budaya. Mereka berharap dilakukan penundaan atas rencana penertiban. Meskipun penertiban terus berjalan, mereka tidak menunjukkan sikap marah ataupun berusaha menghalangi petugas. Kelompok yang dipimpin Romo Ignatius Sandyawan Sumardi ini memang menghindari aksi kekerasan.
(jbr/Hbb)











































