Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, lebih dari 30% masyarakatnya berasal dari etnis Tionghoa alias China. Sehingga budaya China di bumi serumpun sebalai ini begitu kuat.
Banyak rumah-rumah yang di depannya terdapat tempat ibadah khusus. Setiap pagi dan sore, mereka selalu berdoa di sana, meletakkan buah-buahan segar dan membakar hio atau dupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bahkan banyak makanan dan daerah yang memiliki dua nama, yakni nama China dan nama Melayu. Seperti susu kedelai yang populer dengan nama Thew Fu Sui, atau kembang tahu lebih dikenal dengan nama Thew Fu Fa. Selain itu ada Kampung Bintang yang dikenal dengan nama Naisifuk, Kelurahan Semabung disebut Yung Fo Hin dan masih banyak lagi.
"Sebutan-sebutan ini tidak hanya digunakan warga China, tapi juga Melayu. Saya juga masih punya nama marga Cina," kata Kadisbudparpora Kota Pangkalpinang, Akhmad Elvian saat berbincang, Rabu (28/9/2016).
Meski memiliki dua budaya yang berbeda, kedua etnis ini dapat hidup berdampingan dengan damai. Mereka saling menghargai budaya masing-masing, termasuk dalam menjalankan ibadah dan kepercayaannya. Untuk menghargai warga etnis Melayu yang rata-rata menganggap daging babi haram, para etnis Cina membuat pasar sendiri.
![]() |
Mereka berjualan setiap pagi di kawasan pasar kaget Kampung Bintang, Pangkalpinang. Beberapa warga memiliki kios di kawasan itu, namun tak sedikit yang berjualan di atas kendaraan seperti motor atau mobil bak terbuka di pinggir jalan.
"Di sini mulai ramai sekitar jam 06.00 WIB. Nanti sekitar jam 07.30 WIB sudah sepi, jadi cuma sebentar," kata Awi, salah satu pedagang daging saat ditemui di pasar kaget Kampung Bintang.
Barang dagangan yang dijual macam-macam, dari sayur-sayuran, jajanan pasar, daging babi, hingga hasil laut seperti kepiting, udang dan berbagai jenis ikan segar. Makanan khas Bangka seperti Thew Fu Sui, Thew Fu Fa, pantiaw, lakso, rusip, juga mudah ditemukan.
"Di sini yang jual dan yang beli, orang-orang kami, Cina. Karena dagingnya babi semua," kata Awi.
Pedagang lainnya, A Lim mengatakan, pasar ini sebelumnya ramai. Namun sejak tahun 2005, Pemkot Pangkalpinang memindahkan pasar tersebut ke lokasi baru yang tak jauh dari area tersebut. Sementara mereka memilih menetap berjualan di Kampung Bintang.
"Kami tetap jualan di sini aja, karena cuma sebentar," ucap pria asal Kelurahan Air Itam ini.
![]() |
Sementara itu menurut Elvian, jika dilihat dari segi pariwisata, Bangka Belitung memiliki kemiripan dengan Bali. Selain dianugerahi alam pantai yang indah, budaya di masyarakat juga masih cukup kental.
Apalagi di Pangkalpinang terdapat kompleks pemakaman China terbesar di Asia Tenggara, yakni Pemakaman Sentosa atau Tjung Hoa Kung Mu Yen.
"Kalau orang ke Pangkalpinang nanya di mana Kampung China, ya semua kawasan Pangkalpinang ini kampung Cina," tutur Elvian.
![]() |