Selulus Teknik Material di NTU, Dewi diterima bekerja sebagai process engineer di Lam Research di Singapura. Perusahaan ini, menurut Dewi, masuk perusahaan Fortune 500 sebagai perusahaan semi konduktor terkemuka di dunia.
Meski demikian, dia tetap menjadi guru les privat. Seperti saat berbincang dengan detikcom pada Minggu (25/9/2016) malam, Dewi sedang berada di dalam MRT menuju ke rumah muridnya.
"Ya murid-murid saya meminta saya mendampingi hingga ujian akhir. Jadi ya saya tetap harus mengajar," jelasnya.
Ke depan, Dewi ingin mengurangi intensitasnya mengajar dan fokus bekerja. Di tempat kerjanya sehari-hari, Dewi bekerja sesuai dengan jam kantor nine to five, terkadang overtime. Dari segi finansial, dia sekarang sudah agak lega karena bisa mengirimkan uang membantu keluarganya di Pontianak, lebih banyak.
Ayahnya, Lim Bun Phong (55), yang sakit komplikasi pencernaan dan paru-paru sudah dimintanya untuk tidak bekerja. Begitupun sang ibu, Lim Hoei Luan (56), yang tadinya bekerja serabutan sebagai pembuat dodol durian hingga berjualan baju dengan komisi yang tidak seberapa, juga dimintanya tak bekerja lagi. Ada seorang nenek dari ayah yang dalam kondisi sakit, dan seorang adik laki-lakinya yang masih sekolah di SMA yang mesti ditanggungnya.
![]() |
Adik laki-laki yang persis di bawah Dewi, kini sudah diterima di jurusan farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), dan kakak perempuannya, masih berkuliah di kampus swasta di Jakarta. Dewi bertekat adik-adiknya mesti sekolah tinggi, dan untuk mereka dan keluargalah Dewi kini bekerja sebagai tulang punggung keluarga.
"Saya kadang merasakan beban saya berat. Tapi kan saya dikasih kelebihan, bisa sekolah di Singapura, membuat saya menjadi mampu, menerima dan saya jalani saja. So far bisa," tuturnya.
Rencana jangka panjang, karena dirinya masih menjadi tulang punggung keluarga, dia mengabaikan dulu bila ada peluang kuliah S2. Dia bekerja sampai beban finansial keluarganya berkurang. Selanjutnya, dia ingin membantu anak-anak seperti dirinya dulu.
"Ke depan pengen sekali balik ke Indonesia. Karena kesempatan mengembangkan Indonesia lebih besar. Bisa buat usaha, atau bantu orang-orang seperti saya dulu. Saya pengen banget membantu orang-orang yang kesulitan secara finansial. Saya tahu banget seberapa susah rasanya dulu. Saya sering melihat kedua orangtua saya berantem karena kekurangan uang membeli beras, saya sedih dan jadi nggak bisa belajar. Beruntung saya dapat beasiswa, saya tahu ada orang-orang di luar sana yang lebih buruk keadaannya," tutur Dewi mengutarakan mimpinya.
Dewi berpesan pada anak muda Indonesia, terutama yang terbatas seperti dirinya dulu. Agar jangan takut bermimpi dan mudah menyerah.
"Teman-temanku di Indonesia, apapun kesulitan yang kamu hadapi, tenang, kalian nggak sendiri. Jangan menyerah sama keadaan dan hambatan. Ingat akan impian kamu, fokus sama kelebihanmu dan kembangkan dirimu. Tidak ada impian yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah kemauan yang kecil. Maka seberapa besar hambatan yang kamu hadapi, niscaya kamu bisa memenangkannya," pesan Dewi.
Bahagiakan Orangtua
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orangtua sudah berusia 50-an ke atas. Saya ingin kalau mereka sakit, saya bawa berobat, bawa jalan-jalan dan memperhatikan mereka. Sekarang saya cari uang agar bisa membahagiakan mereka. Sekarang nggak terlalu khawatir, nggak sedih lagi makan makanan nggak bergizi. Saya ingin bahagiakan orangtua selamanya," tuturnya. (nwk/trw)