Selat Malaka dan Selat Singapura, Jalur Sempit dengan Ribuan Kapal Setiap Tahun

Selat Malaka dan Selat Singapura, Jalur Sempit dengan Ribuan Kapal Setiap Tahun

Bagus Kurniawan - detikNews
Senin, 26 Sep 2016 19:25 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikom
Yogyakarta - Selat Malaka dan Selat Singapura merupakan salah satu kawasan terpenting jalur laut di kawasan Asia Tenggara. Kawasan ini merupakan salah satu jalur laut yang sempit namun banyak dilalui ribuan kapal dari berbagai negara setiap tahunnya.

"Ini merupakan salah satu jalur pelayaran yang sangat ramai tapi strategis dan vital. Jalur ini menghubungkan jalur pelayaran berbagai negara di dunia. Ada banyak negara yang menggunakannya," ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen), Kementerian Perhubungan RI, Sugihardjo kepada wartawan disela-sela acara Tripartite Expert Group (TTEG). TTEG ke-41 dan 'Cooperation Forum' (CF) ke-9, di Royal Hotel Ambarrukmo Yogyakarta, Senin (26/9/2016).

Menurut dia, ada lebih dari 70 ribu kapal setiap tahun yang melintasi kawasan itu dengan berbagai tujuan. Beberapa stakeholder dan negera-negara pengguna seperti Australia,China, Jepang, Jerman, India dan Denmark berkepentingan akan terjaminnya keselamatan pelayaran di kawasan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura bersama beberapa organisasi internasional seperti IMO (International Maritime Organization) punya kepentingan untuk mengatur berkaitan dengan peningkatan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di kawasan Selat Malaka dan Selat Singapura," katanya.

Wakil delegasi Singapura Andrew Tan mengatakan masalah pemanduan menjadi pembahasan penting dalam pertemuan sekarang ini terutama berkaitan dengan standar pelayanan dan penanganan masalah di kawasan tersebut seperti kecelakaan.

"Bila ada kecelakaan bagaimana standar operation procedure-nya, bagaimana mengambil tindakan dan responnya baik berkaitan dengan jiwa, kapal dan dampak lingkungan. Misalnya arah tumpahan minyak di laut itu ke mana arahnya," katanya.

Foto: Bagus Kurniawan/detikcomFoto: Bagus Kurniawan/detikcom

Sementara itu Head of Delegation Indonesia Raymond Sianturi secara terpisah menambahkan kondisi hidrografi dan geografi lebih penting dibahas dalam forum tersebut. Selain pemanduan akan membahas pula masalah penandaan navigasi di jalur Selat Malaka dan Singapura.

"Ada sekitar 70-80 ribu kapal per tahun, baik kapal kargo dan tanker yang terdeteksi alat automatic identification system. Itu belum kapal-kapal kayu tradisional yang tidak terdeteksi oleh alat itu," kata Raymond.

Turut hadir dalam pertemuan itu Direktur Jenderal Perhubungan Laut, A. Tonny Budiono, Datuk Rosyid bin Musa mewakili Malaysia, Andrew Tan mewakili Singapura, Chief International Maritime Organization (IMO) Hiroyuki Yamada dan perwakilan negara pengguna. (bgs/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads