Pemakaian bahasa tubuh sebagai pengantar mengajar bahasa Indonesia ini dikemukakan Sri Astuti, M Pd, guru bantu dari Badan Bahasa Jakarta di bawah naungan Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) yang mengajar di Laos.
"Kesan pertama saat saya memasuki kelas, saya merasa takjub karena peserta yang hadir di dalam kelas berasal dari latar belakang yang berbeda dan juga usia yang berbeda," kata Sri dalam emailnya yang diterima detikcom, Jumat (23/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan saya sendiri tidak menguasai bahasa Laos. Dalam pembelajaran di dalam kelas terkadang saya tidak hanya menggunakan media pendukung tetapi juga bahasa tubuh ketika menjelaskan sebuah makna yang sulit dimengerti siswa," kenangnya.
Namun untunglah ada sedikit di antara siswa yang bisa berbahasa Inggris. Nah, siswa berbahasa Inggris inilah yang bisa menjadi perantara dalam pengajaran bahasa Indonesia di kelas.
"Misalnya, ketika saya menjelaskan sebuah makna dalam bahasa Inggris, siswa yang mengerti bahasa Inggris dapat membantu saya untuk menjelaskan makna tersebut dalam bahasa Laos. Hal itu rupanya lebih efektif dibandingkan dengan media pendukung apapun," tuturnya.
![]() |
Dalam kegiatan di dalam kelas, Sri lebih sering menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan ini menekankan bahwa setiap siswa harus berkomunikasi atau tidak hanya menjadi subjek diam. Siswa selalu di-stimulus untuk berbicara dan berani menggunakan bahasa Indonesia meski salah.
"Pada hakikatnya tujuan belajar bahasa kedua adalah untuk berkomunikasi. Jadi, siswa harus berbicara walau hanya mengatakan "ini sulit" atau "ini mudah"," tuturnya.
Membuat siswa untuk dapat berbicara bukanlah hal yang mudah terlebih mereka menggunakan bahasa Indonesia hanya di dalam kelas. Banyak kasus siswa diajar kosa kata tertentu hari ini, namun kerap lupa pada pertemuan selanjutnya.
"Hal ini berbeda dengan siswa asing yang belajar bahasa Indonesia di Indonesia. Mereka akan cepat menguasai bahasa Indonesia karena lingkungan sekitar adalah laboratorium bahasa yang dapat membantu mereka untuk cepat menguasai Bahasa Indonesia," jelasnya.
Belajar bahasa juga belajar budaya. Maka pengenalan budaya dalam kelas bahasa Indonesia pun disertakan. Materi budaya Indonesia itu disisipkan sebagai materi ajar bahasa Indonesia. Selain menjadi materi, siswa juga praktik budaya Indonesia.
Contohnya, pada bulan Agustus 2016 lalu siswa bahasa Indonesia mengikuti sebuah acara perlombaan menggunakan pakaian adat Indonesia. Seminggu sebelum acara berlangsung siswa diberikan tutorial cara menggunakan pakaian adat yang mereka pilih.
![]() |
"Saat acara berlangsung siswa harus biasa menggunakan kostum tersebut dengan tepat tanpa bantuan guru. Selama kegiatan itu juga siswa harus aktif menggunakan bahasa Indonesia. Dari kegiatan tersebut terpilih tiga siswa yang menggunakan kostum terbaik, yaitu siswa yang memakai pakaian adat Bali, Dayak, dan Jawa Timur," tuturnya.
Kelas bahasa Indonesia yang diampu Sri ini merupakan kelas bahasa Indonesia gratis yang digelar KBRI Vientiane Laos, peserta tidak dipungut biaya apapun bahkan peserta mendapatkan fasilitas pembelajaran, seperti modul, alat tulis, dan tas. Satu masa kelas tahun ini digelar selama 8 bulan, Maret-Oktober 2016, tiap Senin dan Kami pukul 16.30 - 18.00 WIB.
Kelas bahasa dan ini sudah memasuki tahun ke-7. Di tahun ini tercatat ada 100 orang peserta yang belajar, sejak dibukanya program pada bulan Maret 2016. Peserta yang belajar di KBRI ini, terdiri atas mahasiswa, pegawai pemerintahan, dan tentara. Program ini adalah program di bawah naungan Fungsi Pensosbud KBRI Vientiane yang dikepalai Alexandre Firman Arif W Soepalal. (nwk/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini