"Isu SARA itu tidak boleh dijadikan komoditi politik karena akan menghilangkan substansi dari kampanye di sini. Akhirnya kita tidak fokus kepada informasi tentang kompetensi, keahlian ataupun leadership dari calon itu. Jadi tidak bagus," kata Siti kepada detikcom usai Simposium KAHMI di gedung Mahkamah Konstitusi, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu (21/9/2016).
Siti menilai, isu-isu seperti itu sebenarnya tak hanya terjadi di ibukota saja. Di negara lain, Siti mencontohkan Amerika Serikat, isu-isu seperti itu masih menjadi pemancing reaksi publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi sebenarnya, jelas Siti, isu seperti itu alami. Walaupun begitu demokrasi di Indonesia mengajarkan rakyatnya untuk bertoleransi agar pemilihan kepala daerah yang sedang berjalan dapat terlaksana dengan baik.
"Menurut saya itu alami, natural. Justru demokrasi mengajarkan kita untuk saling menghormati, dan toleransi, dan itu harus dimulai oleh aktor," tutupnya. (rni/jor)











































