Sekitar pukul 04.00 Waktu Saudi dinihari, Selasa (19/9/2016), puluhan bus dan mobil sudah memenuhi area parkir menuju Jabal Nur. Kondisi jalan yang sangat miring, memang menuntut para jemaah untuk berjalan kaki sejak parkiran.
Kawasan Jabal Nur dipenuhi jemaah haji (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Dinihari menjelang Subuh memang waktu terbaik untuk menikmati puncak di Jabal Nur. Sebab, cuaca masih cukup bersahabat dan bisa melihat pemandangan kota Makkah di waktu terbaiknya. Yang terpenting, bisa merasakan pengalaman salat Subuh di atas puncak gunung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak mudah untuk mencapai puncak Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Meski berat, para jemaah tak pantang menyerah. Menggunakan tongkat atau mengambil banyak waktu istirahat, jadi strategi bagi mereka yang berusia tua untuk mendaki. Biar lambat, asal selamat sampai di puncak.
Sementara berapa anak muda yang berhaji, terlihat melewati jalur pendakian dengan semangat. Ada yang sambil setengah berlari, tak sedikit juga yang berjalan cepat. Momen ini dijadikan sebagai pengalaman spritual juga sekaligus sarana olahraga di sela-sela musim haji.
Jalur pendakian yang dilalui adalah jalan semen berbatu yang memiliki lebar sekitar satu-dua meter. Di sepanjang jalan, Anda akan menemukan bebatuan besar. Beberapa kera juga berkeliaran di sekitar area pendakian. Mereka mencari makanan yang biasa diberi oleh para jemaah yang melintas.
Puncak Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Setibanya di puncak, Anda akan disuguhi pemandangan luar biasa kota Makkah. Lampu yang terang benderang di gedung dan perumahan, sampai menara zamzam di Masjidil Haram yang tinggi menjulang akan membuat Anda terpesona. Ketika azan Subuh berkumandang, suaranya langsung menggetarkan jiwa.
Pemandangan luar biasa kota Makkah dari puncak Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Banyak jemaah lalu memilih salat di antara bebatuan. Mereka yang sudah berwudlu dari bawah, langsung mengambil barisan. Sisanya berwudlu menggunakan air mineral, karena di atas tak tersedia air mengalir. Melaksanakan ibadah di puncak gunung sambil memandang ke arah kakbah, di tengah suasana syahdu musim haji, membuat hati siapa pun akan bergetar. Suasana yang sulit diperoleh di tempat lain.
Gua Hira, gua kecil tempat nabi menerima wahyu (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Usai salat Subuh, para jemaah ada yang menyambangi gua Hira. Gua kecil tempat nabi menerima wahyu itu memang jadi tujuan favorit bagi para jemaah. Mereka mengantre satu per satu untuk merasakan pengalaman berada di dalam gua yang hanya cukup untuk satu atau dua orang tersebut.
Jemaah mengantre masuk ke gua Hira (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Salah satu jemaah Indonesia dari kloter 41 asal Karawang, Amir Habibi (25), mendapatkan kesempatan masuk ke dalam gua. Menurutnya, mendaki gunung, lalu salat subuh di puncak, dan diakhiri dengan merasakan pengalaman berada di dalam gua adalah rangkaian kegiatan yang nikmat.
Jemaah Indonesia dari kloter 41 asal Karawang, Amir Habibi (Rachmadin Ismail/detikcom) |
"Senang banget, Alhamdulillah," ucapnya ditemui usai masuk ke dalam gua.
"Lumayan capek perjalanan, pas udah naik ke atas lega. Nikmat banget," sambungnya.
Amir datang bersama rombongan kelompok bimbingan ibadah hajinya. Pengalaman ini dijadikannya momen untuk merefleksikan diri, terutama menghayati makna turunnya wahyu kepada nabi Muhammad SAW, terutama tentang perintah membaca.
Aksi Vandalisme
Situs Jabal Nur dan gua hira, selalu jadi tujuan favorit para jemaah haji setiap tahun. Sayangnya, lokasi tersebut menjadi incaran tangan-tangan jahil yang kerap mencorat-coret batu di sekitarnya. Sampah plastik pun bergeletakan di mana-mana.
Di antara aksi coretan di sana, ada beberapa nama yang bertuliskan dari Indonesia. Aksi ini sungguh disayangkan, mengingat betapa pentingnya kawasan tersebut dalam sejarah umat Islam.
Aksi vandalisme jemaah Indonesia (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Pemerintah Saudi sendiri sudah berencana menjadikan situs-situs sejarah sebagai tempat wisata. Ini adalah bentuk upaya untuk lepas dari ketergantungan terhadap minyak atau sering disebut sebagai visi 2030. Namun belum jelas, apakah Jabal Nur dan Gua Hira termasuk di dalamnya.
Aksi vandalisme jemaah Indonesia di kawasan Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom) |
Dalam spanduk besar yang dipasang di parkiran Jabal Nur, pemerintah Saudi sudah mengingatkan bahwa situs tersebut tidak boleh terlalu disakralkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW disebut oleh tulisan tersebut, tidak pernah menganjurkan untuk mendaki sampai mengambil batuan dari gunung Jabal Nur. (mad/hri)












































Kawasan Jabal Nur dipenuhi jemaah haji (Rachmadin Ismail/detikcom)
Tak mudah untuk mencapai puncak Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom)
Puncak Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom)
Pemandangan luar biasa kota Makkah dari puncak Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom)
Gua Hira, gua kecil tempat nabi menerima wahyu (Rachmadin Ismail/detikcom)
Jemaah mengantre masuk ke gua Hira (Rachmadin Ismail/detikcom)
Jemaah Indonesia dari kloter 41 asal Karawang, Amir Habibi (Rachmadin Ismail/detikcom)
Aksi vandalisme jemaah Indonesia (Rachmadin Ismail/detikcom)
Aksi vandalisme jemaah Indonesia di kawasan Jabal Nur (Rachmadin Ismail/detikcom)