Dr Ben Bot: Hubungan RI-Belanda Saat Ini Sangat Baik

Laporan dari Den Haag

Dr Ben Bot: Hubungan RI-Belanda Saat Ini Sangat Baik

Eddi Santosa - detikNews
Rabu, 21 Sep 2016 02:48 WIB
Foto: Mantan Menlu Belanda Dr. Ben Bot (Foto: E. Santosa/detikcom)
Den Haag - Tensi hubungan Indonesia-Belanda sempat naik menyusul kebijakan tegas Indonesia terhadap permasalahan narkoba. Bagaimana hubungan kedua negara kini?

"Nog steeds uitstekend (masih tetap sangat baik)," ujar Dr. Bernard Rudolf "Ben" Bot, Menlu Belanda periode 2003-2007, dalam bincang-bincang dengan detikcom Den Haag pada Resepsi Diplomatik di Wisma Duta Wassenaar, Kamis dan Senin (19/9/2016) waktu setempat.

Ben Bot menegaskan hubungan bilateral Indonesia-Belanda saat ini berada pada tataran istimewa. Kedua negara kini telah memiliki Comprehensive Partnership Agreement/CPA (Perjanjian Kemitraan Menyeluruh, red), suatu bentuk perjanjian tertinggi dalam hubungan bilateral.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saling kunjung antar pejabat pemerintah dan swasta kedua negara meningkat tajam, dan saya gembira dalam waktu dekat ini Hassan Wirajuda juga akan berkunjung ke sini (Belanda)," imbuh Bot.

Dubes Nikolaos van Dam juga hadir (Foto: E. Santosa/detikcom)Dubes Nikolaos van Dam juga hadir (Foto: E. Santosa/detikcom)

Pada saat berita ini ditulis, Wirajuda (Menlu RI dua periode 2001-2009) telah tiba di Den Haag pada Senin (19/9/2016). Wirajuda dijadwalkan akan menyampaikan ceramah di depan Senat Belanda dalam konteks hubungan bilateral.

"Kami berdua telah sepakat akan saling menyampaikan tukar pikiran dan berharap dapat menuntaskan program-program yang sebelumnya telah kami canangkan untuk semakin meningkatkan hubungan kedua negara," imbuh diplomat kawakan kelahiran Batavia/Jakarta (21/11/1937).

Ben Bot adalah putra T.H. "Theo" Bot, seorang ambtenaar (pejabat) di Purwakarta dan Sukabumi (1936-1942), diplomat dengan berbagai jabatan penting di Kemlu Belanda, dan selanjutnya Menteri Pendidikan, Seni dan Ilmu Pengetahuan dalam Kabinet Marijnen (1963-1965).

Karena latar belakangnya itu, Ben Bot dikenal sangat mengerti Indonesia dan menjadi menteri pertama dalam sejarah yang berani mengambil inisiatif sekaligus mendobrak tabu untuk mengakui secara moral dan politik 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia, bukan saat penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949.

Langkah Ben Bot, saat itu Menlu, seperti membuang kerikil dalam sepatu, yang selanjutnya terbukti berpengaruh signifikan dalam meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Belanda.

Bersama Wirajuda, Ben Bot menjadi peletak dasar menuju tercapainya Perjanjian Kemitraan Menyeluruh dalam perjalanan sejarah kedua negara.

"Saya saat itu mengatakan bahwa langkah tersebut perlu diberi kerangka dengan suatu perjanjian, saat itu juga saya dan Wirajuda sudah langsung bekerja untuk merealisasikannya dan diratifikasi bertepatan dengan kunjungan PM Rutte ke Indonesia (November 2013, red)," kisah Bot.

Bot menilai bahwa sejauh ini program-program telah berjalan dengan baik, tetapi selalu terbuka untuk terus ditingkatkan. Bidang-bidang yang perlu menjadi prioritas adalah keamanan, pendidikan, penanggulangan terorisme, dan investasi.

Diplomat karir senior yang kini aktif di berbagai lembaga, salah satunya di Indonesia Netherland Society (INS), ini juga mengakui sangat takjub memantau perkembangan Indonesia saat ini, terutama dalam konteks ASEAN dan dinamika di kawasan.

"Indonesia sungguh telah memainkan peran sebagai pemimpin kawasan dan peran ini harus terus dilanjutkan, apalagi dengan konstelasi saat ini," papar Bot.

Lebih lanjut menjawab pertanyaan detikcom seberapa penting Indonesia bagi Belanda dan sebaliknya Belanda bagi Indonesia, Bot mengatakan bahwa kedua negara dapat menjadi pintu gerbang di masing-masing kawasan.

Suasana resepsi diplomatik (Foto: E. Santosa/detikcom)Suasana resepsi diplomatik (Foto: E. Santosa/detikcom)

Maksud Bot, Belanda bisa memainkan peran sebagai pintu gerbang Indonesia ke Uni Eropa dan sebaliknya Indonesia bisa menjadi pintu gerbang Belanda ke Asia.

"Terutama sekarang di mana semua sektor mengalami kelesuan, ekonomi dunia tidak sebagus periode sebelumnya. Dalam situasi seperti ini adalah amat sangat penting untuk memiliki teman," cetus Bot.

Ada satu catatan Bot yang perlu menjadi perhatian Indonesia yakni Indonesia saat ini terlalu sering mengubah-ubah peraturan, yang membuat para calon investor Belanda dan mungkin juga dari negara lain menjadi gamang.

Indonesia perlu menjelaskan, perlu komunikasi yang cekatan, memberi jaminan kepastian hukum bagi para calon investor bagaimana mereka setelah menginvestasikan uangnya dalam jumlah besar bisa bekerja dengan tenang dalam jangka tertentu ke depan.

"Saya sangat memahami betul alasan perubahan itu dari sisi Indonesia, tapi saya kira Indonesia juga harus menyadari bahwa (dengan perubahan yang sering itu) ada kecemasan tertentu di pihak para calon investor," terang Bot.

Secara keseluruhan Ben Bot mengaku ikut senang menyaksikan banyaknya tamu yang hadir di resepsi diplomatik, yang digelar tuan rumah Dubes Wesaka Puja dengan jumlah total tamu ada 584 orang.

"Ini indikator yang baik. Mitra-mitra dari berbagai lapisan datang dari segala penjuru Belanda. Tiada resepsi diplomatik begitu banyak dikunjungi selain Indonesia," pungkas Bot.

Resepsi Diplomatik berformat pesta kebun ini menjadi ajang mengenalkan kuliner berbagai daerah Indonesia. Dubes Wesaka Puja tidak menyampaikan sambutan, tetapi didampingi istri menyambut para tamu langsung.

Di antara yang hadir terlihat Dr. W.F. van Eekelen, mantan Menhan dan pendiri Indonesia Netherlands Society (INS) Dr. W.F. van Eekelen, mantan Menlu Dr. Ben Bot, Dubes Belanda di Jakarta (2005-2010) Dr. Nikolaos van Dam, para Dubes negara sahabat, korps diplomatik, kalangan pemerintahan, bisnis, media, tokoh masyarakat dan mahasiswa. (es/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads