Desfania menyimpan trauma dan malu. Dia dihukum di depan teman-temannya. Tambah lagi, guru yang menghukum membantah melakukan hukuman skot jump, demikian juga teman-temannya.
Menurut Fauzi, orangtua Desfania yang ditemui, Selasa (20/9/2016), sejak tahu kalau gurunya dan temannya membantah pernah menghukum skot jump, siswi itu tidak mau ditemui orang dan hanya mengurung diri dikamar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila sebelumnya Desfina masih mau bermain bersama saudara dan kedua orang tuanya, namun saat ini justru malah takut bertemu orang lain termasuk bermain dengan kedua adiknya. (Baca juga: Gara-gara Dihukum Skot Jump, Siswi SMP di Bengkulu ini Trauma dan Takut Sekolah)
"Saya takut kalau anak saya melakukan tindakan di luar kendali kami, maka dengan itu saya dan istri saya selalu menjaga anak kami di kamar, kami berharap adanya tindakan tegas dari bupati atau gubernur membantu kami mengatasi masalah ini, jujur saya takut kehilangan anak tercinta kami," ujar Fauzi sambil menangis.
Pengakuan siswi ini, karena terlambat masuk ke kelas, dia dhukum skot jump dan push up lima kali. Hukuman itu dilakukan di depan kelas dengan alasan mendisiplinkan siswi. Namun guru sudah membantah, tapi siswi ini trauma. (dra/dra)