Nganggung merupakan tradisi makan bersama-sama di atas dulang atau nampan yang ditutup dengan tudung saji khas bumi sepintu sedulang ini. Semua orang duduk bersila berbaur menjadi satu tanpa ada pembedaan. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun pemaknaan Nganggung lebih luas dari itu.
Wakil Wali Kota Pangkalpinang M Sopian menjelaskan, budaya Nganggung tak hanya dimaknai sebagai wujud syukur, namun juga merupakan representasi dari kegotongroyongan dan silaturahmi. Dalam kehidupan sehari-hari, gotong royong sangat penting untuk mendorong pembangunan daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budaya gotong royong, kebersamaan dan silaturahmi kemudian disimbolkan dengan tudung saji. Maka tudung saji di Bangka Belitung bukan sekedar sebagai penutup makanan. Lebih jauh dari itu, tudung saji berwarna dominan merah dengan motif yang khas ini menjadi simbol atau maskot dengan makna begitu dalam bagi masyarakat Babel.
"Budaya ini sudah melekat di Bangka Belitung dan menjadi ciri khas atau keunikan tersendiri. Bahkan kami (Pemkot Pangkalpinang) menjadikan Nganggung menjadi sebagai salah satu bagian dari wisata budaya," kata Kadisbudparpora Kota Pangkalpinang, Akhmad Elvian.
Simbol tudung saji ini dapat ditemukan di mana-mana seperti di dalam lambang Pemkot Pangkalpinang dan lambang-lambang lain khas Babel. Puncak Gedung utama Pemkot Pangkalpinang juga dipasangi replika tudung saji berwarna merah. Gedung ini juga dinamai dengan Gedung Tudung Saji.
Selain itu, banyak replika tudung saji yang menempel di mana-mana, seperti di atas baliho-baliho, atau gedung-gedung lain. Gapura-gapura di kecamatan juga banyak yang ditempel replika tudung saji. Bahkan mereka juga memproduksi batik bermotif tudung saji yang banyak digunakan oleh warga Pangkalpinang.
"Inilah istimewanya tudung saji di Bangka Belitung," ujarnya. (kff/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini