Tentang Basri, Ali Kalora dan Santoso Si 'Anak Bebek'

Tentang Basri, Ali Kalora dan Santoso Si 'Anak Bebek'

Idham Kholid - detikNews
Senin, 19 Sep 2016 12:01 WIB
Basri (Foto: Jafar G Bua/detikcom)
Jakarta - 'Karier' Basri berakhir setelah tertangkap oleh Satgas Operasi Tinombala. Basri kini menjalani pemeriksaan intensif di Polda Sulawesi Tengah.

Bagaimana cerita Basri hingga bergabung dengan kelompok Santoso?

Basri awalnya merupakan orang biasa atau 'preman' di Poso. Adanya keluarganya yang jadi korban pembunuhan saat konflik membuat Basri ingin balas dendam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi dia ini sifatnya balas dendam masalah konflik itu. Ada keinginan balas dendam, akhirnya sampai jual sawah dia untuk beli senjata, dia punya senjata 'ingram' namanya dulu," kata seorang perwira di kepolisian saat berbincang dengan detikcom, Senin (19/9/2016).

Karena ingin balas dendam akibat konflik Horizontal itu, Basri kemudian bergabung dengan kelompok Jamaah Islamiyah di Tanah Runtuh, Poso. Noordin M Top juga pernah ke wilayah tersebut saat itu.

Basri akhirnya menjadi amir atau panglima Tanah Runtuh. Dalam kurun hingga tahun 2007, Basri terlibat dalam dalam beberapa penembakan, pembunuhan, pencurian hingga akhirnya tertangkap dan ditahan di LP Ampana Sulawesi Tengah.

"Jadi setelah tertangkap, dikasih kebebasan, hingga dia kabur. Memang sebelumnya dari Lapas itu diizinkan untuk keluar pulang, tapi pulang lalu balik (lagi ke Lapas), begitu dia pulang, lari," ujarnya.

"Dikasih kebebasan itu karena sudah menjalani 2/3 hukuman, dia beritikad baik," sambungnya.

Kabur dari Lapas, Basri kemudian bergabung dengan kelompok Santoso dan naik ke pegunungan di wilayah Poso. Sedangkan, Santoso sendiri merupakan anak buah Basri.

"Dibanding Santoso lebih jago dia (Basri), lebih militan dari Santoso. Santoso itu kan anak buahnya dia dulu waktu konflik itu. Makanya dulu Santoso disebut anak-anak bebek, anak-anak suruhan," tuturnya.

"Santoso namanya naik setelah perampokan BCA, naik namanya. Kalau untuk levelnya lebih jago Basri dalam strategi dan segala macam," tambahnya.

Satgas Operasi Tinombala akhirnya berhasil menangkap Basri di wilayah Poso Pesisir Selatan, Selasa (13/9/2016) pekan lalu. Satgas gabungan Polri dan TNI kini memburu sisa kelompok Santoso, yang mana Ali Kalora disebut yang paling berbahaya.

"Ali Kalora di bawahnya Santoso (kualitasnya), muridnya Santoso, dia belum terlibat lah untuk tahun 2007 ke bawah. Dia (Ali) bergabung karena doktrin Santoso, baiat lah mereka ke ISIS MIT itu, kalau Basri kan dari JI," urainya.

Dalam catatan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Basri pernah terlibat sejumlah tindak kejahatan. Antara lain:

a. Penembakan Pendeta SUSIYANTI di sebuah Gereja Palu tahun 2003.

b. Pembunuhan terhadap seorang wanita kongkoli di Desa Maranata.

c. Perampokan toko emas Pasar Tua Palu tahun 2004.

d. Penembakan Gereja Emanuel tahun 2004.

e. Pembunuhan terhadap 3 siswi SMU Kristen Poso .

f. Pencurian dengan kekerasan/perampokan uang Pemda Poso di Kantor Pemda Poso tahun 2005.

g. Peledakan bom di Desa Kauwa tahun 2005.

h. Peledakan di Lapangan Kasintuwu Poso tahun 2006.

i. Pembunuhan Kades Pinedapa.

j. Melawan petugas Kepolisian yang sedang melakukan tugas pada hari Kamis tanggal 22 Januari 2007 di Wilayah Kel. Gebangrejo, Kec. Poso Kota Kab. Poso Sulawesei Tengah.

Adapun keterlibatan Basri selama bergabung dengab MIT pimpinan Santosi antara lain:

1. Penembakan Mapolsek Poso Pesisir Utara Tgl 10 Juni 2014,

2. Bom di depan Pos Polmas Pantango Lemba Tgl 24 Feb 2014

3. Bom Pantango lemba (Bom Tangki seprot Hama) di Jalan tgl 25 Feb 2015,

4. Bom di DEWUA tgl 9 Okt 2014,

5. Penyerangan Mobil Taktis Brimob di Jl Tangkura tgl 7 Nop 2014,

7. Penculikan 2 warga di Sedoa tgl 15 Des 2014,

8. Penculikan 3 warga Tamadue

9. Pembunuhan warga di Taunca tgl 18 Sept 2014,

10. Pembunuhan/penggal 3 warga di Taunca tgl 16 Jan 2015,

11. Pembunuhan / penggal 3 warga Sausu Tgl 16-17 Sept 2015,

12. Penembakan IPTU BRYAN.T(alm). Tgl 17 Agstus 2015.

(idh/jor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads