Deklarasi menuju kota layak anak ini dilaksanakan di taman kuno Wilhelmina Park atau kerap disebut Tamansari. Di bawah derasnya hujan, ratusan anak dan para orang tua tampak begitu semangat mengikuti acara yang juga merupakan rangkaian peringatan HUT Kota Pangkalpinang ke-259 ini.
Bahkan saat hujan masih belum benar-benar reda, seratusan anak TK terlihat riang menampilkan Tarian Batok Kelapa. Mereka mengenakan pakaian adat Melayu berwarna ungu tua dan memukulkan dua batok kelapa warna warni. Tarian Batok Kelapa merupakan wujud syukur warga kepada Tuhan usai panen lada. Bangka Belitung memang terkenal dengan komoditi lada kelas super.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Foto: Nur Khafifah/detikcom) |
Yohana tampak terpesona menyaksikan semangat anak-anak TK yang didampingi para 'bundanya' itu. Dari atas panggung, didampingi Wakil Wali Kota Pangkalpinang M Sofian dan istri Wali Kota Pangkalpinang Dessy Irwansyah, Yohana juga ikut menari dan memukulkan batok kelapa. Dia larut bersama suka cita anak-anak yang masih polos itu.
Penampilan berikutnya tak kalah menarik. Para siswa SLB Pangkalpinang unjuk gigi menampilkan kebolehan mereka bermain drumband. Meski memiliki berbagai keterbatasan, anak-anak ini dapat menyuguhkan tampilan drum band yang memukau layaknya anak normal. Mereka tampak percaya diri dan memainkan musik dengan irama teratur.
Yohana mengapresiasi penampilan para anak-anak itu. Dia menekankan pentingnya pendidikan, kesehatan dan ruang berkembang bagi anak.
"Tidak boleh ada kekerasan untuk anak. Mereka adalah aset bagi bangsa. Kita harus perhatikan betul itu," ujar Yohana usai deklarasi Pangkalpinang menuju kota layak anak di Tamansari, Pangkalpinang, Babel, Sabtu (17/9/2016).
Menteri Yohana (kiri) (Foto: Nur Khafifah/detikcom) |
Yohana mengatakan, ada 301 kabupaten/kota di Indonesia yang telah mendeklarasikan diri menuju kota layak anak. Namun Yohana mengakui, kabupaten/kota ini belum sepenuhnya memenuhi syarat sebagai kota layak anak. Karena ada 31 indikator yang harus dipenuhi, seperti ketersediaan ruang terbuka ramah anak, tidak adanya kekerasan terhadap anak, berbagai peraturan daerah yang mendukung perhatian terhadap anak dan lain sebagainya.
"Saat ini kita masih menuju kota layak anak, belum menjadi kota layak anak. Maka sudah saatnya kita memutus mata rantai kekerasan terhadap anak," tuturnya.
Menteri asal Papua ini juga membuka dialog dengan anak-anak. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh anak-anak itu, di antaranya tentang eksploitasi terhadap anak, bagaimana perlakuan terhadap anak yang menjadi pelaku kriminal hingga ketersediaan fasilitas bagi anak penyandang disabilitas. Yohana menjawabnya dengan penjelasan-penjelasan yang dapat diterima oleh para anak tersebut.
Ia juga membagi-bagikan hadiah berupa tas sekolah kepada para siswa SD, SMP hingga SMA yang dapat menjawab kuis-kuis ringan yang dilontarkannya. Meski harus hujan-hujanan menuju panggung, anak-anak ini tampak puas dan gembira.
"Senang dapat tas dan bisa salaman sama Bu Menteri. Dia perempuan profesor," ujar Silvi, salah satu siswa SD di Pangkalpinang.
(kff/dnu)












































(Foto: Nur Khafifah/detikcom)
Menteri Yohana (kiri) (Foto: Nur Khafifah/detikcom)