Acara bertajuk Pentas Tari Kontemporer ini diadakan di ruang teater tertutup Taman Budaya NTB, Kota Mataram, Kamis (15/9/2016). Rata-rata umur para penari ini diketahui sudah beranjak lebih dari kepala lima.
Tari Dingklik Sinden menjadi pembuka pementasan tari kontemporer ini. Diiringi lagu Lir Ilir dengan musik campuran remix dan gending Jawa membuat suasana dalam ruangan menjadi cair.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tari ini terinspirasi dari kehidupan Sinden yang sehari-harinya penah lika-liku. Ada suka, tawa, canda dan duka pula," sebut MC.
Selanjutnya, para penari ini membawakan tarian dengan judul 'Tari Bukan Bercanda', yang banyak mengekspose tentang kekhasan Pulau Kalimantan. Lalu pada penampilan disambung dengan tarian berjudul 'Tari Tertambat'.
Tari Tertambat ini terlihat menggunakan daun pisang sebagai medianya. MC menyebut, tarian ini menggambarkan daun yang tertiup angin dan bagaimana penari menirukan alam dalam bentuk tarian.
Setelah pentas selesai dilakukan sesi pemaparan dan tanya jawab singkat. Kata Cak Ipul sebagai moderator, masyarakat Lombok Sumbawa perlu diberi hiburan yang ketika pulang akan berpikir. Sehingga tidak hanya terhibur, akan tetapi juga membawa pelajaran pula.
Profil para penari yang merupakan alumni ISI Yogyakarta, sampai saat ini masih aktif dalam dunia seni tari. Mereka adalah Rosnanda yang juga sebagai koreografer dari tiga tari di atas. Sehari-hari ia aktif di seni tari yang dikemas dalam bentuk entertain. Kedua, Wijayanti yang juga pengajar tari di Keraton Jogja.
Ketiga, Rahmad Fuadi penari ini lebih menyukai dunia make up artis. Keempat, Erlina Panca adalah pengajar olah tubuh. Kelima, Supriyanti adalah pengajar dan penari dari Surakarta. Keenam, Heni Winahyu adalah penari juga pengajar teori tari di Keraton Jogja.
Ketujuh, Daruni merupakan pengajar tari Sunda dalam bidang khususnya Tari Jaipong. Terakhir, Setiastuti merupakan pengajar koreografi dan olah tubuh di Jogja.
Kadisbudpar NTB Lalu M Faozal dalam sambutannya menyebut pentas ini adalah pengisi di penghujung BBLS. Untuk perbaikan BBLS ke depan, pihaknya akan melakukan perbaikan melalui koreksi acara yang diadakan selama sebulan ini.
"Kita akan koreksi dari semua kegiatan BBLS. Kita siap dikritik namun dengan profesional dan proporsional," tutup Faozal.
(miq/miq)