"Kalau alkesnya (alat kesehatan) saya dengar Rp 2,4 miliar," kata Kadis Kesehatan Indramayu Dedi Rohendi usai diperiksa penyidik di Gedung KPK, Selasa (13/9/2016).
Rumah sakit Reysa itu dibangun di atas tanah 3 ribu meter dengan luas gedung 3 ribu meter. Yang mengurus izin adalah istri Rohadi, Nur Hasanah. Rencananya RS itu akan menjadi RS Tipe D. Saat ini di belakang rumah sakit itu sedang dibangun proyek real estate yang berisi water park hingga supermaket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Izin rumah sakit diberikan oleh dua atap yaitu izin mendirikan ke Dinas Penanaman Modal, sedangkan izin operasionalnya ke Dinas Kesehatan. Tapi proses izin dari Dinas Kesehatan Indramayu tidak kunjung diturunkan karena RS milik Rohadi itu masih banyak kekurangan dan kelayakan untuk menjadi rumah sakit. Seperti kamar mayat, kamar laundry dan sebagainya.
"Kebetulan kami enggak (disuap Rohadi). Izin kan ada dua, izin mendirikan sama izin operasional. Kalau saya izin operasionalnya. Kami kebetulan nggak ada upaya untuk apa-apa gitu," ucap Dedi.
Pihaknya telah memberikan surat tembusan ke Bupati Indramayu untuk memberikan sanksi ke rumah sakit itu karena tidak berizin. Tapi hingga hari ini, belum ada tindakan dari Bupati Indramayu.
"Belum. Saya nggak ada tanggapan apa. Tapi saya tembuskan saja (ke Bupati)," ujar Dedi.
Namun dua minggu sebelum pembukaan, KPK menggerebek Rohadi. Ia ditangkap saat menerima sejumlah uang dari pengacara Berthanatalia untuk mengkondisikan putusan Saipul Jamil. Dari penangkapan itu, KPK mengembangkan kasus dan mengendus kekayaan janggal Rohadi, termasuk perizinan RS.
"Kita menunggu tindak lanjut mereka (Bupati Indramayu-red) yang memberikan tindakan," pungkas Dedi.
Modal awal Rohadi membangun rumah sakit senada dengan apa yang disampaikan pengacara Rohadi, Tonin Singarimbun. Menurut Tonin, uang itu digunakan untuk membeli alat rumah sakit dari sebuah rumah sakit di Kerawang yang mau bangkrut.
25 Tahun lalu, Rohadi merupakan pegawai pengadilan yang tinggal di rumah petak. Tapi seiring waktu, kehidupannya membaik bahkan menjadi konglomerat. Ia kini memiliki 17 mobil, rumah sakit, proyek real estate, water park hingga kapal penangkap ikan. Padahal, ia hanyalah panitera pengganti (PP) dengan gaji Rp 8 jutaan per bulan. (asp/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini