Imbauan disampaikan oleh Kasatops Armina Kolonel Jaetul Muchlis. Menurutnya, lontar jumrah bisa digantikan oleh ketua rombongan atau anggota keluarga lain dan rekan sesama jemaah. Tak perlu harus dilakukan sendiri.
"Jamaah risti sebaiknya duduk di tenda. Tidak ada saran yang jitu selain mereka sebaiknya istirahat di tenda, biarkan teman-teman yang melontar. Jangan jemput risiko sekecil apapun bagi mereka," kata Muchlis saat diwawancarai, Selasa (13/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pada hari pertama kemarin, kondisinya memang rawan. Jamarat begitu padat dan para jemaah sedang dalam kondisi kurang fit karena semalaman nyari tidak tidur sejak wukuf dan mabit di Muzdalifah. Tak heran, banyak yang dirawat di rumah sakit Saudi dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia.
"Mereka mencoba melontar. Tapi sayangnya, mereka mencobanya di hari pertama di hari crowded di hari puncak kepadatan terjadi. Rasa keinginan setiap jamaah pasti sama, makanya dalam waktu yang sama ke tempat yang sama dalam rute yang sama," terang Muchlis.
Muchlis sudah menyarankan sebelumnya bagi jemaah yang ingin mencoba melontar sebaiknya dilakukan pada hari ketiga. Saat momen itu, kondisinya sudah tidak terlalu padat.
Meski begitu, kondisi saat ini di Mina sudah mulai relatif lancar. Para jemaah lansia sudah mulai memilih beristirahat dan mewakilkan untuk melontar.
Tim pembimbing ibadah sudah sering mengingatkan bahwa hukum melontar jumrah memang wajib, namun bisa dibadalkan oleh orang lain. Jemaah yang melemparkan harus melempar untuk dirinya sendiri, lalu baru melempar untuk orang lain. Satu kali lempar, ada 7 kerikil.
(mad/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini