"Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi meningkat karena berbagai faktor. Salah satunya terkait dengan kesuksesan beberapa programnya," ujar Ketua Departemen Politik dan Hubungan International CSIS, Vidhyandika Perkasa, di Auditorium CSIS, Jalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Selasa (13/9/2016).
"Kami menemukan kepuasan publik yang meningkat dari tahun lalu. Rata-rata, masyarakat yang bekerja sebagai petani, berjenis kelamin laki-laki, tinggal di pedesaan dan berada di kawasan pulau Jawa lebih optimis dan bahagia," sambung dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rilis ini menghadirkan beberapa pembicara yaitu Ahmad Basarah (PDI Perjuangan), Nurul Arifin (Golkar), Philips J Vermonte (Direktur Eksekutif CSIS) dan Vidhyandika Perkasa (Ketua Departemen Politik dan Hubungan International CSIS).
Survei dilakukan pada tanggal 8-15 Agustus 2016 dengan 1000 responden secara acak (random sampling) dari 34 provinsi di Indonesia. Responden adalah masyarakat Indonesia yang sudah memiliki hak pilih. Margin of error dari survei ini sebesar 3,1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Masyarakat pedesaan, kata dia, lebih bahagia dan optimis dengan kepemimpinan Jokowi-JK dalam dua tahun ini. Hasil survei dari CSIS ini juga mencatatkan keharmonisan antara presiden dengan DPR atas pemerintahan Jokowi di tahun kedua.
Vidhyandika menyebutkan, selain para petani, masyarakat juga merasa puas dengan kinerja pemerintah di bidang maritim. Bidang maritim mendapatkan suara 63 persen, lalu diikuti bidang hukum 62 persen, bidang politik 53 persen dan terakhir bidang ekonomi dengan 46 persen kepuasan masyarakat.
"Sektor ekonomi menjadi kepuasan yang rendah, dan komitmen pemerintah dalam menaikkan pertumbuhan ekonomi menjadi sektor yang tak terlalu optimis," lanjut Vidhyandika.
Meski kekuatan maritim dan keoptimisan terhadap masa depan maritim menjadi nilai tambah bagi pemerintahan Jokowi. Namun, keoptimisan itu bisa luntur jika kesenjangan ekonomi antara masyarakat miskin dengan masyarakat kelas menengah bisa menjadi ancaman.
"Korupsi dan kesenjangan ekonomi jadi faktor kepesimisan masyarakat," kata dia.
(wsn/erd)