Heran? Itulah yang tergambar saat melihat sepanjang pendakian di jalur Sembalun pada, Minggu (28/8/). Hanya segelintir pendaki domestik yang terlihat.
Kebanyakan dari mereka adalah turis dari Benua Eropa, Amerika, disusul dengan Asia. Mayoritas dari pendaki asing ini hanya berbekal daypack untuk mendaki Gunung Rinjani. Isinya pun hanya makanan kecil dan air mineral atau minuman pengganti cairan tubuh.
![]() |
Keberadaan merekalah yang menjadi ladang rejeki bagi para porter. Jika dalam satu rombongan terdapat 30 orang maka dipastikan setengahnya porter. Karena semua barang bawaan dibebankan pada porter ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"It's a heaven. But, I get lost my friends," ucap dia saat berbincang di Pos II jalur Sembalun. Mike rupanya terlalu cepat menyusuri jalur pendakian sehingga temannya tertinggal.
![]() |
Dan di puncak Rinjani semua 'berpesta' menikmati keagungan sang pencipta. Tak terasa haru bersatu padu dengan rasa syukur, bisa menikmati indahnya kuasa sang pencipta. Bersama pendaki dari negara lain berbagi foto, berbagi perbekalan.
Tapi memang di sepanjang perjalanan sangat disayangkan, keanggunan Rinjani tampak berkurang ketika banyak pendaki abal-abal yang abai terhadap sampah. Tempat sampah pada tiap-tiap pos meluber isinya. Botol-botol air mineral yang jelas-jelas sampah sulit terurai banyak berserakan di sepanjang jalur pendakian.
Jika anda adalah pendaki sejati ada 3 prinsip dasar yang seharusnya sudah diingat di luar kepala. Pertama, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki. Kedua, jangan mengambil apapun kecuali foto. Terakhir, jangan bunuh apapun kecuali waktu. (dra/dra)