Berjarak kurang lebih 86 kilometer dari Kota Mataram, perjalanan menuju ke Sembalun, titik awal pendakian Rinjani dapat menggunakan mobil sewa. Jika memilih perjalanan malam hari, harga yang dipatok berkisar Rp 550 ribu.
Pagi itu, waktu menununjukkan pukul 07.00 WITA. Hal pertama yang harus diurus pendaki adalah tiket masuk kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dengan biaya Rp 15 ribu per orang bagi pendaki lokal. Setelah itu, bisa pula memesan porter atau guide secara dadakan pada pemilik warung di sekitar basecamp. Guide ini kurang lebih hal yang wajib apabila ingin mendaki Rinjani.
![]() |
Tepat di samping basecamp pendakian, Minggu (28/8) keadaan sudah ramai dengan lalu lalang para pendaki, porter, dan juga mobil pikap. Mobil pikap yang sudah berjejer siap mengantar para pendaki hingga gerbang pendakian yang masih berjarak sekitar 2 kilometer lagi dari basecamp.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai di gerbang pendakian, maka perjalanan sebenarnya akan dimulai. Turun dari mobil, kekuatan fisik akan diuji. Tapi tak usah khawatir panorama indah Sabana dengan hamparan berhektar-hektar rumput ilalang, menunggu belaian para pecinta aroma dingin gunung yang menyejukkan.
Pemandangan ilalang nan luas akan Anda temui hingga mencapai Pos III. Kontur jalur pendakian yang berbukit rendah dengan sedikit tanjakan akan menjadi menu selama kurang lebih 4 jam perjalanan dari Pos I hingga Pos III.
![]() |
Debu yang bertebaran akan menjadi pengganggu selama perjalanan ini. Karena pendaki berlalu lalang ada yang naik dan turun. Terlebih para rombongan porter yang berjalan dengan sangat cepat dan hanya menggunakan sandal jepit menambah ramainya perjalanan.
Menyinggung soal porter, biasanya mereka dibayar Rp 200 ribu per harinya. Harga akan lebih mahal jika yang menyewanya adalah pendaki asing. Para porter ini adalah pendaki ulung. Betapa tidak, jika pendaki biasa menempuh antar pos dengan waktu sekitar 2 jam, maka mereka bisa 30 menit sampai 1 jam lebih cepat.
Salah satunya Diki (43), dia sudah melakoni pekerjaan porter selama 15 tahun. Namun ketika musim penghujan tiba dan pendakian ditutup, biasanya dia beralih menjadi petani.
"Saya sama anak saya yang masih 16 tahun jadi porter. Lumayan buat beli kebutuhan rumah. Berat barang ini biasanya sekitar 15-20 kilogram," kata dia menunjuk logistik pendakian yang dibawanya.
Karena terbiasa, mereka hanya mendaki dengan peralatan ala kadarnya. Karena gunung sudah dianggap rumah sendiri, hawa dingin pun sudah menjadi selimut setiap harinya bagi Diki yang memang warga asli Sembalun ini.
Kembali ke jalur pendakian, dari Pos III hingga tempat berkemah membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam, di batas ini ketahanan fisik secara keseluruhan benar -benar diuji. Hal itu dikarenakan medan yang lebih menantang karena tanjakannya mencapai kemiringan 75 derajat. Di tengah perjalanan ini Anda akan menemukan penjual makanan dan minuman penambah tenaga atau bersoda, tentu dengan harga bisa mencapai 3-5 kali lipatnya.
Sesampainya di pos untuk kemah, tempat favorit berkemah ini bernama Plawangan Sembalun. Jika pendakian dimulai dari Senaru maka akan melewati Plawangan Senaru. Plawangan berarti pintu gerbang, untuk menuju puncak dan Segara Anak. (dra/dra)