"Yang paling disulitkan saat ini adalah air bersih. Kita butuh tempat mandi, cuci dan kakus yang layak," ujar salah seorang warga korban penggusuran Hari S di Rawajati, Jaksel, Senin (12/9/2016).
Selama ini, kata Hari, warga Rawajati harus menumpang di rumah warga lainnya untuk pemenuhan air bersih. Kadang, mereka juga harus pergi ke masjid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari yang sudah tinggal di Rawajati sejak tahun 1973 ini merasa beruntung, sebab tetangga yang jadi tempat menumpang tidak pernah mengeluh. Menurutnya masih banyak tetangga yang baik yang bersedia membantu ketika mereka butuh air bersih atau untuk keperluan lain.
![]() |
Warga lainnya, Saipul mengatakan saat ini para warga bergantian untuk menumpang. Termasuk ketika pagi tadi saat mereka hendak menunaikan salat Idul Adha.
"Kaya tadi pagi waktu kita mau salat Id, kita pakai sistem gantian aja di rumah warga. Mereka pakai air tanah, air pantek. Mereka nggak pernah merasa kesulitan kalau kita numpang di sana," ucap Saipul.
Sebagai solusi jangka pendek, warga berencana mencari sumber air dari sumur pantek di tempat mereka dulu tinggal. Bermodalkan mesin pompa yang mereka punya, mereka berusaha membuat sumber air bersih.
"Saya masih simpan mesin pompa. Nanti kita coba cari sumber pompa pantek yang masih ada. Jadi bisa dihidupkan lagi buat sumber air bersih," tutur Hari.
![]() |
Para warga mengharapkan disediakannya sumber air bersih. Atau minimal tidak menghancurkan upaya mereka dalam penyediaan air bersih.
"Waktu itu 2 hari setelah penggusuran sempat ada mobil MCK dari Yayasan Putri Bungsu. Tapi cuma bertahan 3 hari. Setelah itu tidak diperbolehkan oleh kelurahan, katanya bikin macet. Padahal kita kan butuh MCK buat sehari-hari," ujar warga lainnya, Adi. (tor/tor)