Usai salat Subuh berjamah, ada ceramah singkat dari anggota Amirul Haj Masyhuril Khamis. Dia membuka ceramahnya tentang hikmah melempar jumrah di Jamarat.
Menurutnya, melempar jumah aqabah, wusta dan ula dapat disimbolkan seperti melempar sifat buruk manusia yang pernah ditunjukkan oleh Firaun, Qarun dan Haman pada zaman nabi Musa. Ketiganya merepresentasikan sifat penindasan, keserakahan dan kemunafikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca: Jemaah Berangkat ke Arafah, Begini Penampakan Lengangnya Masjidil Haram
Masyhuril juga mengajak jemaah untuk membuang sifat-sifat jahat dan memohon pengampunan dari Allah saat melempar kerikil di Jamarat. Jadikan setiap kerikil itu adalah representasi dari dosa-dosa yang pernah dibuat.
"Tolong ampuni dosa kaki hamba, dosa telinga hamba, dosa perut hamba, dan dosa-dosa lainnya," kata Masyhuril.
Masyhuril kemudian mengajak jemaah untuk merenung tentang makna berkurban. Kisah nabi Ibrahim dan nabi Ismail bukan menunjukkan perintah untuk membunuh anak, namun itu adalah simbol pengakuan kepemilikan. Anak dan segala sesuatu di dunia ini adalah milik Allah dan bisa diambil kapan saja.
"Ismail dalam diri kita boleh jadi jabatan, boleh jadi harta yang kita banggakan, bukan Ismailnya tapi sikap kepemilikannya. Dan kita harus siap mengembalikannya pada yang paling berhak yaitu Allah SWT," kata Masyhuril.
Baca: Dua Jemaah Indonesia Wafat Saat Tiba di Arafah
Terakhir, Masyhuril mengajak para jemaah pada saat kembali ke Indonesia untuk menjadi guru bagi lingkungan di sekitarnya. Segala sesuatu yang dilakukan selama ibadah haji, harus menjadi pembelajaran bagi orang lain.
Bila selama di Makkah, jemaah datang paling cepat ke Masjidil Haram dan rajin beribadah, maka itu juga harus dilakukan saat datang ke masjid di Indonesia. Karena sesungguhnya, langkah terberat manusia itu adalah ke masjid.
"Kalau kita bisa di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi kenapa di Tanah Air tidak?" tanya Masyhuril. (mad/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini