Pembahasan persiapan pemberian beasiswa bagi pengungsi Suriah dilakukan Menristek Dikti Mohamad Nasir bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pertemuan di Kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (8/9/2016).
"Berdasarkan kebijakan dari Pak Wapres tadi, nanti Indonesia akan membantu sekitar 100 orang," ujar M Nasir saat dikonfirmasi wartawan melalui sambungan telepon, Kamis (8/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemlu akan melakukan kajian atas perpindahan para pengungsi penerima beasiswa. Sementara Kemenkum HAM bertugas memastikan prosedur ketentuan bagi pengungsi Suriah untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia terpenuhi.
"Arahan Bapak Wapres (beasiswa) nanti akan dimintakan ke LPDP, untuk mahasiswa sebanyak 100 orang dengan memberikan biaya hidup. Untuk SPP-nya urusan perguruan tinggi yang ada di bawah Kemenristek Dikti," ujarnya.
Nantinya 100 orang pengungsi Suriah akan melanjutkan pendidikan program sarjana (S1) di sejumlah perguruan tinggi Indonesia di bawah naungan Kemenristek Dikti. Para penerima beasiswa dibebaskan memilih program studi yang diminati.
Nasir berharap para penerima beasiswa dapat mengikuti kuliah secepatnya. Namun saat ini Kemenristek Dikti masih menunggu data dari para calon penerima beasiswa. Penerima beasiswa nantinya berasal dari pengungsi Suriah yang kini menjadi migran di negara-negara Eropa.
Data para calon penerima beasiswa akan dipasok dari Kemlu berdasarkan koordinasi dengan UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees).
"(Penerima beasiswa) ini disebar seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Kalau nanti bidang agama, ya itu di Kementerian Agama. Kalau nanti bidang umum di Kemenristek Dikti," sebutnya.
Anggaran kuliah penerima beasiswa akan diambil dari alokasi anggaran perguruan tinggi yang dinaungi Kemenristek Dikti. Sementara biaya hidup para mahasiswa ditaksir sebesar Rp 36 juta per tahun per orang.
"Kalau 100 orang, (total) Rp 360 juta tidak terlalu besar (per orang), jadi setahun Rp 3,6 miliar. Ini bersifat bantuan dengan sifat kemanusiaan," tegas Nasir.
(fdn/dhn)











































