"Kalau (atlet) Betawi yang bagus, ada 100 Betawi ya kirim saja 100 Betawi. Tapi kalau bikin Bamus Betawi main politik, ya enggak usah dikirim. Begitu loh," kata Ahok di depan seribuan kontingen yang mengikuti upacara pelepasan, di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (7/9/2016).
Ahok menekankan, pembagian pengiriman atlet ke ajang kompetisi tak selayaknya ditentukan berdasarkan kedekatan politis, apalagi pembedaan rasial. Penentuan atlet yang dikirim haruslah berdasarkan kemampuan atlet itu sendiri, tak peduli dari mana etnis dan daerah asal atlet itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyontohkan, pengiriman para atlet ke PON tidak boleh ditentukan berdasarkan pemenuhan keterwakilan suku, etnis, atau daerah asal. Hanya untuk memenuhi keterwakilan dalam satu klub sepak bola, misalnya, maka 11 orang pemain diambil dari satu per satu suku yang ada di Indonesia. Ini adalah cara yang menurutnya juga rasis.
"Kalau memang semua orang Padang yang jago di olahraga ini, maka semua yang dikirim orang Padang. Kalau Anda mulai membatasi itu, Anda juga enggak benar. Anda juga rasis saya katakan," kata Ahok.
Namun Ahok meyakini, tak ada satu cabang olahraga yang hanya dikuasai oleh satu ras tertentu. Yang benar, semua ras bangsa bisa melakukan olahraga asalkan ada kegigihan dan disiplin.
Selain itu, pembiayaan ke klub olahraga juga perlu ditingkatkan. Atlet yang berbakat juga akan dikirimkan ke luar negeri untuk berlatih. Biayanya bisa dari dana hibah. Daripada dana hibah dialokasikan untuk ormas yang tak menghasilkan nilai positif, lebih baik dana hibah diberikan untuk pemberangkatan atlet ke luar negeri.
"Bonus-bonus yayasan hibah ke ormas yang enggak jelas, kita tutup saja. Lebih baik kita berikan untuk mengirim atlet ke luar negeri," kata Ahok.
Sebagaimana diketahui, Ahok ingin menyetop dana hibah untuk ormas Bamus Betawi. Soalnya, menurut Ahok, Bamus Betawi memainkan isu rasis untuk tujuan politis. Meski begitu, Bamus Betawi sudah membantahnya. (dnu/erd)











































