Saefullah: Kecurigaan Ahok ke Saya Tak Beralasan

Saefullah: Kecurigaan Ahok ke Saya Tak Beralasan

Danu Damarjati - detikNews
Selasa, 06 Sep 2016 23:52 WIB
Foto: Sekda DKI Saat Jakarta Bersaksi di Kasus Ariesman Kamis (30/6) (Ari Saputra/detikFoto)
Jakarta - Sekda DKI Saefullah dicurigai Ahok dekat dengan Mohamad Taufik serta menjalin kongkalikong untuk memuluskan penghilangan kontribusi tambahan 15 persen dalam Raperda Tata Ruang. Di persidangan Senin (5/9) kemarin, Ahok juga mengungkit perihal disposisi 'Gila' yang diperhalus Saefullah menjadi 'bila'. Apa respons Saefullah?

"Kalau Pak Gubernur curiga sama saya tentang Raperda tentang Pantai Utara, kalau (menurut) saya sangat tidak beralasan. Cek saja ke Bu Tuty (Kepala Bappeda DKI kepercayaan Ahok) dan teman-teman, ada kepentingan apa saya di situ? Cek yang benar. Enggak ada," kata Saefullah di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Baca juga: Ini Alasan Ahok Tak Percaya Sekda Saefullah dalam Pembahasan Raperda Reklamasi

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam persidangan, Ahok menjelaskan dirinya sempat menyetujui bila besaran kontribusi tambahan itu diamanatkan Perda untuk diatur dalam Pergub. Namun Ahok ingin draf Pergubnya siap hari itu juga, dan Saefullah tak bisa menuruti keinginan Ahok ini. Ahok menilai Saefullah serta DPRD DKI menjadi ciut nyali sehingga tak jadi mendorong Pergub kontribusi tambahan 15 persen.

Terkait hal itu, Saefullah menjelaskan bahwa menyiapkan draf Pergub dalam sekejap mata adalah pekerjaan yang mustahil. Maka saat pembahasan lampau, dirinya kesulitan menyiapkan draf Pergub itu dalam waktu singkat.

"Enggak mungkin saya ngomong Pergub terus Pergubnya balik tangan kemudian ada Pergub. Enggak dong. Ya mesti kita kumpul dulu, rapat cari konsideransnya, mana yang dijadikan acuan, kira-kira Pergubnya (bagaimana) baru kita verbal, begitu kan? Baru jadi Pergub. Jadi enggak serta-merta," kata Saefullah.

Kemudian, soal disposisi 'gila kalau seperti ini, bisa pidana korupsi' dari Ahok, Saefullah memang menyampaikannya ke Ketua Balegda DPRD DKI Mohamad Taufik dengan perhalusan. Saefullah mengaku memang menyampaikan coretan 'gila' dimaksudkan Ahok sebagai 'bila', supaya Taufik tidak marah terhadap Ahok.

"Karena saya merasa itu kurang pas, begitu loh. Walaupun teman-teman bilang, 'Ini gila, Pak.' Tapi saya enggak bisa. Kan kebetulan tulisan 'G' itu mirip sama 'b'," kata Saefullah.

Sebagaimana diketahui, disposisi 'Gila' dari Ahok itu tercantum di berkas masukan DPRD DKI yang meniadakan kontribus tambahan itu. Saefullah merasa tak nyaman bila situasi eksekutif dan legislatif terus diisi perseteruan. Yang penting, kata dia, masalah pokok bisa tersampaikan.

"Supaya tidak marah (maka menafsirkan 'Gila' menjadi 'bila'). Masa marah-marah terus kan enggak enak (antara Ahok dan Taufik)," kata Saefullah.

Baca juga: Begini Bentuk Disposisi 'Gila' Ahok Soal Reklamasi yang Bikin DPRD Marah

Soal aturan kontribusi tambahan dalam Raperda itu, Saefullah mengaku tak mengutak-atiknya. Termasuk, Saefullah tak ikut dalam 'Paguyuban Pengembang' proyek reklamasi, sehingga tak punya kepentingan pribadi dalam proyek reklamasi.

"Enggak mungkin saya memasukkan satu ayat sekalipun kepentingan saya, enggak ada. Sama yang namanya apa itu, apa pengembang namanya? Paguyuban Pengembang, saya nggak pernah ketemu," kata Saefullah.

Memang saat ini Saefullah tak marah. Namun bila ketidakpercayaan Ahok memuncak menjadi pemecatan, maka Saefullah juga bakal hengkang dari jabatan Sekda DKI.

"Kalau misalnya nanti ada sesuatu dengan saya, nah baru saya hengkang. Begitu saja. Saya enggak tahu," kata dia.

(dnu/miq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads