"Sudah bukan pernah lagi, tapi sering kami diusir tukang parkir. Kami parkirnya memang di parkir mobil karena bisa sama dengan 5 motor," jelas pendiri Difa, Triyono (35).
Hal ini disampaikan Triyono di Gedung Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Senin (4/9/2016). Triyono sedang memamerkan perusahaannya di pameran yang digelar di Kompetisi Sociopreneur Muda (SOPREMA) yang diadakan oleh FISIPOL UGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita diusir dan saya selalu bilang, kami sudah membeli izin usaha lho, kita bayar," imbuhnya.
Tak hanya soal parkir, driver Difa juga kerap diusir oleh ojek pangkalan (opang). Mulai dari alasan 'klaim wilayah operasi' sampai karena ukuran armada ojek Difa dianggap menghabiskan tempat parkir.
"Padahal anak-anak cuma mau jemput penumpang yang sudah pesan," kata Triyono.
Foto: Sukma Indah P/detikcom |
Memang tak pernah terjadi kekerasan fisik yang dialami para driver Difa. Namun kekerasan verbal tak jarang mereka terima.
"Sering sekali kalau kekerasan verbal. Kalau sudah begitu mereka kagol. Dan saya yang bujuk-bujuk, datang ke rumahnya satu-satu. Karena gimanapun, mental mereka beda dengan ejekan begitu," ceritanya.
Triyono mengakui kompleksitas di internal para driver menjadi persoalan sendiri yang harus diselesaikan secara personal. Ditambah lagi tingkat pendidikan mereka yang sebagian besar hanya pendidikan dasar.
Pria lulusan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) ini turun sendiri menyelesaikan setiap persoalan tersebut.
Tak jarang dia mengurus kebutuhan administrasi anak buahnya, misalnya membuat KTP.
"Mereka kan ada juga yang tidak diakui keluarganya. Masuk ke KK paman atau siapanya," kata Triyono. (sip/trw)












































Foto: Sukma Indah P/detikcom