"Kalau soal pencapresan, ini terlalu dini. Kan masih 2019, belum bisa dipetakan. Nah, mengapa Golkar sebagai partai senior mengambil langkah ini, pasti dia punya strategic planning," kata pengamat politik Gun Gun Heryanto saat berbincang, Minggu (4/9/2016).
Menurut Gun Gun, Golkar memunculkan nama Jokowi-Sri Mulyani bukan hanya dalam konteks untuk pencapresan. Yang pertama, Golkar sedang mempererat ikatan di internal partai setelah dilanda perpecahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poin kedua yang dikejar Golkar dengan memunculkan duet Jokowi-Sri Mulyani adalah manajemen kesan. "Ini harus dibaca sebagai kohesi politik internal dan jualan," imbuh Gun Gun.
Sebelumnya diberitakan, usulan ini muncul di tengah Rakornis Golkar di Hotel Peninsula, Jakarta pada Sabtu (3/9/2016). Ketua Pemenangan Pemilu DPD Partai Golkar Jambi, Gusrizal mengusulkan agar Golkar mulai melisting Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Jokowi.
"Bisa Sri Mulyani, Bu Khofifah Indar Parawansa, atau Sri Sultan Hamengku Buwono X," ujarnya.
Korbid Pemenangan Pemilu Wilayah Indonesia I (Jawa-Sumatera) Nusron Wahid menyatakan bahwa hal itu baru sekadar wacana. Dia menyerahkan keputusan ke Jokowi.
"Boleh boleh saja. Tetapi itu menurut saya masih terlalu jauh," ujarnya. (imk/imk)











































