Mbah Gotho di KTP yang tertera lahir pada Desember 1870. Mbah Gotho kini diasuh cucunya di Sragen.
"Saya ini hanya tinggal nunggu memanise pati (menunggu nikmat kematian) yang pasti akan menjemput," kata si Mbah yang ditemui, Selasa (30/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jagad (alam) itu ada dua, jagad alit (alam kecil) yang kita jalani di dunia ini, dan jagad ageng (alam besar) yang akan kita masuki di jagad langgeng (alam keabadian) nanti. Di jagad langgeng semua akan hilang menjadi gendhing (lagu)," jelasnya.
Mbah Gotho menikah empat kali, semua istrinya sudah meninggal. Mbah Gotho kini hanya diam di rumah, tak seperti dahulu yang kerap membantu membersihkan halaman.
"Rumput tak lagi ada, tumbuhan tak lagi ada, hewan tak lagi ada, semua telah menjadi gendhing. Anda masih melihat semua itu ada, tapi saat ini bagi saya telah menjadi gendhing. Saya telah di hadapan jagad ageng itu sekarang, tinggal menunggu saatnya saja," kata Mbah Gotho tenang.
(mbr/dra)