Tim Satuan Operasi Armina yang dipimpin oleh Kolonel Jaetul Mukhlis meninjau sejumlah lokasi di Arafah, Muzdalifah dan Mina, Minggu (28/8/2016) sebagai bentuk orientasi pada petugas yang akan melayani jemaah nanti pada puncak haji awal September 2016. Perhatian khusus disampaikan Mukhlis pada Tim Gerak Cepat (TGC) dari kesehatan, Tim Tanggap Darurat dari unsur TNI/Polri dan tim khusus.
Mereka nanti yang akan banyak bergerak di titik-titik rawan saat prosesi Arafah dan Mina. Salah satu yang menjadi titik krusial nanti adalah pada saat pergerakan jemaah untuk melontar jumrah. Sebab, tahun lalu, prosesi ini menimbulkan banyak korban.
![]() |
Survei dilakukan pertama di maktab 1 untuk pemondokan jemaah di Arafah. Di sana, Mukhlis menyampaikan pada para anggotanya agar memperhatikan betul jemaah dan pergerakannya. Jangan sampai ada yang keluar dari maktab dan melakukan aktivitas di luar dari agenda yang sudah dijadwalkan.
Di sini, kondisi tenda-tenda jemaah memang belum sepenuhnya berdiri. Para petugas dari maktab masih sibuk membangun rangka bangunan dan beberapa persiapan fasilitas lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tim lalu bergerak menuju Mina. Di sini orientasi digelar di beberapa titik yang akan jadi pusat perhatian para petugas. Mulai dari di terowongan yang nanti akan dilintasi sekitar 134 ribu jemaah Indonesia sampai jamarot dan arus perputaran kembali. Tim juga mendatangi lokasi jalur 206 yang akan jadi jalur bagi jemaah Indonesia sekitar 21 ribu orang dari arah Mina Jadid.
"Dengan adanya persiapan ini kita berharap bisa meminimalisir potensi rawan," kata Mukhlis.
Mukhlis menekankan pada jemaah agar mematuhi rute lontar yang sudah ditetapkan. Selain itu, waktu melontar juga wajib diperhatikan. Jangan pernah melanggar ketentuan yang sudah digariskan pihak muassasah dan maktab dari Arab Saudi. Jemaah Indonesia dilarang melontar di pukul 06.00 sampai pukul 10.30 waktu Saudi.
![]() |
"Itu adalah waktu terlarang. Sebelum itu dan sesudahnya boleh," tegas Mukhlis.
Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat menambahkan, timnya nanti akan bersiaga di Muzdalifah. Nanti mereka akan berperan dalam melayani kebutuhan jemaah termasuk mendorong pergerakannya.
Sistem G20H Untuk Armina
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tahun ini akan menerapkan konsep Gelar Gerak Operasional Haji atau yang dikenal dengan G2OH. Menurut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil, inti konsep G2OH, Abdul Djamil, adalah lebih mengintensifkan pemantauan dan pergerakan petugas haji pada pos masing-masing. Sebagai basis dari konsep ini, para petugas yang tergabung dalam satuan operasi Armina harus memahami uraian tugas masing-masing, mulai keberangkatan dari Makkah, Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Menurut mantan rektor IAIN Walisongo Semarang ini, GP2OH akan didukung dengan tim gerak cepat untuk melakukan antisipasi manakala terjadi hal yang bersifat darurat pada medan yang cukup berat dan memerlukan energi. "GP2OH merupakan bagian perbaikan dari hasil evaluasi di masa lalu, saat menghadapi musibah di Mina. Tahun ini antisipasinya harus lebih bersifat konseptual, tegas, dan jelas uraian tugasnya, serta didukung tim yang bisa bergerak dengan cepat," ujarnya.
![]() |
Sehubungan dengan itu, dalam rangka lebih mendekatkan layanan kepada jemaah, petugas akan disebar di sektor-sektor agar bisa berada di tengah-tengah jemaah. Menurut Abdul Djamil, petugas nantinya tidak lagi mengumpul di pusat misi haji Indonesia di Arafah atau Mina, tapi tersebar di lapangan. Harapannya, jika ada masalah, petugas memiliki kesiapan untuk bertindak cepat.
"Mereka akan stand by di sektor sektor yang berdekatan dengan jemaah. Karena selalu saja di Arafah maupun Mina, problem yang sifatnya insidental serngkali terjadi dan ini memerlukan gerak cepat dari petugas kita," ujarnya. (mad/Hbb)