Foto Bareng Ahok, Yusril: Politik Boleh Beda Tapi Silaturahim Jalan Terus

Foto Bareng Ahok, Yusril: Politik Boleh Beda Tapi Silaturahim Jalan Terus

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Minggu, 28 Agu 2016 15:07 WIB
Foto Bareng Ahok, Yusril: Politik Boleh Beda Tapi Silaturahim Jalan Terus
Gubernur Ahok dan Yusril Ihza Mahendra foto bareng (Foto: Bagus Prihantoro Nugroho/detikcom)
Jakarta - Momen langka pertemuan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan calon penantangnya di Pilgub 2017, Yusril Ihza Mahendra diabadikan dengan foto bersama. Yusril kemudian menyatakan bahwa hubungan dirinya dengan Ahok tetap hangat.

"Bahwa ada perbedaan politik itu biasa saja tidak mengurangi kehangatan hubungan pribadi. Jadi politik boleh beda, silaturahim jalan terus," ujar Yusril di sela acara Silaturahim Ikatan Keluarga Masyarakat Belitong di Kompleks Manggala Wanabhakti Kementerian LHK, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (28/8/2016).

Tak ada perbincangan khusus di antara keduanya. Mereka saling minta maaf karena tak bisa bertemu lama-lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gubernur Ahok dan Yusril Ihza Mahendra saat foto bersama (Foto: Bagus Prihantoro Nugroho/detikcom)


"Enggak ada apa-apa, cuma biasa saja yang pertama beliau katakan 'saya minta maaf pulang lebih dulu', terus saya bilang saya juga minta maaf datang terlambat," imbuh Yusril.


Baca juga: Ahok dan Yusril Ihza Mahendra Foto Bareng di Silaturahmi Masyarakat Belitung

Yusril lalu menyinggung soal gaya bahasa Ahok yang sempat dikritiknya. Dia mengaku sekadar bermaksud meluruskan bahwa warga Belitung sebenarnya memiliki tutur bahasa yang santun.

"Kalau kemarin saya juga ada sedikit koreksi mengenai bahasa ya tadi saya berikan sambutan saya ulangi lagi bahwa Belitung gunakan Melayu Riau dan bahasanya halus, jadi jangan katakan orang belitung selalu gunakan kata kasar, kata kotor," ungkap Yusril.

Tetapi memang ada kelompok masyarakat yang berbahasa Hakka, kata Yusril. Terkadang Bahasa Hakka itu bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi terkesan kasar.

"Saya sendiri bisa Bahasa Hakka. Saya tahu ada komunitas yang biasa gunakan bahasa seperti itu, biasanya kelompok 'preman' itu biasanya di pasar-pasar yang suka gunakan bahasa itu. Tapi itu biasa di kalangan mereka cuma kalau diterjemahkan di Bahasa Indonesia jadi masalah," sebut Yusril. (bag/slh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads